Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Khawatir Flu Burung Akan Beradaptasi Lebih Mudah dengan Manusia

Kompas.com - 13/07/2023, 08:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (12/7/2023) memperingatkan, lonjakan wabah flu burung baru-baru ini di antara mamalia dapat mendorong virus menyebar dengan lebih mudah di antara manusia.

Sejak akhir 2021, Eropa telah dilanda wabah flu burung terburuk yang pernah ada. Negara-negara di Amerika Utara dan Amerika Selatan juga telah mengalami wabah flu burung yang parah.

Hal ini menyebabkan pemusnahan puluhan juta unggas di seluruh dunia, banyak di antaranya terjangkit virus jenis H5N1 yang pertama kali muncul pada 1996.

Baca juga: Ancaman Flu Burung di Brasil Picu Darurat Kesehatan

Namun, baru-baru ini terjadi lonjakan infeksi yang mengkhawatirkan pada mamalia.

"Virus flu burung biasanya menyebar di antara burung, tetapi meningkatnya jumlah deteksi flu burung H5N1 pada mamalia -yang secara biologis lebih dekat dengan manusia daripada burung- menimbulkan kekhawatiran bahwa virus tersebut mungkin beradaptasi untuk menginfeksi manusia dengan lebih mudah," kata WHO dalam sebuah pernyataan.

"Selain itu, beberapa mamalia dapat bertindak sebagai wadah pencampuran virus influenza, yang mengarah pada munculnya virus-virus baru yang dapat lebih berbahaya bagi hewan dan manusia," ungkap WHO, sebagaimana dikutip dari AFP.

Wabah flu burung telah dilaporkan terjadi pada 26 spesies, termasuk cerpelai yang diternakkan di Spanyol dan anjing laut di Chili. Virus H5N1 bahkan baru-baru ini terdeteksi pada kucing di Polandia.

WHO bersama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) pun mendesak negara-negara untuk bekerja sama dalam menyelamatkan hewan dan melindungi manusia.

Baca juga:

"Ada perubahan paradigma baru-baru ini dalam ekologi dan epidemiologi flu burung yang telah meningkatkan keprihatinan global karena penyakit ini menyebar ke wilayah geografis baru dan menyebabkan kematian burung liar yang tidak biasa, serta peningkatan yang mengkhawatirkan pada kasus-kasus mamalia," ujar kepala ilmu pengetahuan WOAH, Gregorio Torres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com