Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Manusia Jawa" yang Belum Dikembalikan Belanda ke Indonesia

Kompas.com - 11/07/2023, 15:00 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

LEIDEN, KOMPAS.com - Di tengah proses pengembalian ratusan artefak bersejarah Indonesia, Pemerintah Belanda belum dapat mengembalikan kerangka "Java Man" alias 'Manusia Jawa'. Padahal, pemerintah Indonesia sudah mendesak agar obyek bersejarah tersebut dikembalikan ke Indonesia sejak 1975.

Manusia Jawa merupakan fosil manusia tertua yang pernah ditemukan oleh paleoantropolog Belanda, Eugene Dubois, di Sangiran, Jawa Tengah pada 1891 hingga 1892.

Kini, kerangka tersebut dipajang di Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden dan masih dianggap sebagai penemuan penting dalam peta evolusi manusia.

Baca juga: Belanda Akan Kembalikan Artefak yang Dijarah 200 Tahun Lalu ke Indonesia dan Sri Lanka

Wakil Kepala Bidang Budaya dan Komunikasi Kedutaan Besar Belanda, Jaef de Boer, mengatakan bahwa memang koleksi hasil ekskavasi Eugene Dubois belum disertakan ke dalam daftar benda-benda bersejarah yang akan dikembalikan oleh Pemerintah Belanda kepada Indonesia.

“Koleksi Dubois sangat banyak dan membutuhkan waktu lebih lama untuk diteliti sebelum saran dikirim ke Sekretaris Negara Kebudayaan Gunay Uslu,” ujar Jaef kepada BBC News Indonesia pada Senin (10/7/2023).

Ia menambahkan riset itu disertai konsultasi, baik dengan tim Belanda maupun komite repatriasi Indonesia, serta Museum Naturalis yang menyimpan sisa-sisa peninggalan Manusia Jawa.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyebut Manusia Jawa sebagai salah satu artefak yang masuk dalam daftar prioritas susunan tim repatriasi. Sebab, Indonesia sudah lama mendesak Pemerintah Belanda agar mengembalikan Manusia Jawa ke tanah asalnya.

“Semua pemangku kepentingan kita ajak bicara untuk menyusun daftar benda-benda yang perlu mendapatkan prioritas dan Java Man termasuk di dalamnya,” ungkap Hilmar setelah mendarat di Amsterdam untuk menandatangani serah terima pengembalian 472 artefak bersejarah milik Indonesia.

Ia mengatakan bahwa pihaknya akan mengunjungi Museum Naturalis dan bertemu dengan pihak museum untuk membicarakan beberapa alternatif terkait Manusia Jawa dan potensinya dipulangkan ke Indonesia.

Sebelumnya, Pemerintah Belanda menyatakan akan mengembalikan ratusan artefak berharga yang dirampas dari Indonesia selama masa kolonial atau yang dikenal dengan proses repatriasi.

Khusus untuk obyek budaya Indonesia, jumlahnya diperkirakan mencapai 472 unit, termasuk di dalamnya permata dari "harta karun Lombok".

Sejak Belanda mengembalikan keris milik Pangeran Diponegoro dalam kunjungan Raja dan Ratu Belanda pada Maret 2020, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda telah bekerja sama untuk memulai proses pengembalian ratusan artefak tersebut.

Baca juga: Penampakan Harta Karun Lombok yang Akan Dikembalikan Belanda, Perhiasan hingga Manuskrip

Kerangka tengkorak milik Manusia Jawa, dipajang di Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden, Belanda. Peninggalan yang diyakini sebagai rantai penghubungan dalam evolusi manusia dan kera.AFP via BBC INDONESIA Kerangka tengkorak milik Manusia Jawa, dipajang di Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden, Belanda. Peninggalan yang diyakini sebagai rantai penghubungan dalam evolusi manusia dan kera.
Apa itu Manusia Jawa?

Dr Cecep Eka Permana, seorang dosen arkeologi Universitas Indonesia yang mengajar tentang manusia purba, menyebut Manusia Jawa sebagai bukti pertama ditemukannya fosil manusia purba di Pulau Jawa.

Pada 1890-an, Eugene Dubois, seorang ahli paleoantropologi asal Belanda pergi ke Hindia Belanda pada zaman kolonial untuk melakukan ekskavasi di daerah perhutanan dan gua-gua.

Ia hendak mencari bukti peninggalan yang menunjukan missing link alias mata rantai penghubung dalam teori evolusi yang menghubungkan relasi antara manusia dan kera.

“Kalau menurut teori evolusi antara kera dan manusia, itu mestinya (manusia purba tinggal) di daerah hutan belantara kan, makanya dia pilih Sumatra waktu itu,” ungkap Cecep.

Namun, Dubois tidak menemukan fosil tersebut di Sumatra. Maka, ia bertolak ke Pulau Jawa dan di sanalah ia menemukan kerangka Manusia Jawa.

“Dia menemukan itu (Manusia Jawa) di daerah Prinil, di Sangiran, dan menemukan (sisa-sisa) tengkorak dan paha, tulang paha.

“Dalam identifikasinya, dia menunjukkan bahwa bentuk tengkoraknya sudah peralihan, antara ada separuh dalam bentuk kera tapi juga seperti manusia,” kata Cecep.

Ia menjelaskan bahwa temuan Manusia Jawa sangat historis karena merupakan kerangka manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus pertama.

“Tulang itu milik makhluk yang sudah bisa berdiri tegak, sehingga disebut dengan Pithecantropus Erectus.”

Setelah temuan Dubois, semakin banyak arkeolog dan paleontolog yang menggali di Afrika datang ke Indonesia untuk mencari fosil-fosil peninggalan manusia purba lainnya pada akhir abad ke-19.

Sebab, penemuan Manusia Jawa membuktikan bahwa kerangka-kerangka manusia purba ada di Indonesia.

“Ini sesuatu yang luar biasa dan membanggakan untuk mereka saat itu. Dan itu diakui oleh dunia,” ujarnya.

Cecep mengatakan, penemuan Manusia Jawa merupakan titik permulaan pengembangan riset manusia purba di Indonesia.

Hingga sekarang pun, sebuah museum di daerah Sangiran, Jawa Tengah--tempat Manusia Jawa ditemukan--masih berdiri dan menyimpan sebuah koleksi ekstensif manusia purba yang terus diteliti oleh para arkeolog Tanah Air.

Baca juga: Benda-benda Bersejarah Indonesia yang Akan Dikembalikan Belanda, Termasuk Harta Karun Asal Lombok

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com