Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

G7 Peringatkan Ketidakpastian Global di Tengah Ancaman Krisis Utang AS

Kompas.com - 13/05/2023, 11:36 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP,Reuters

NIIGATA, KOMPAS.com - Para pemimpin keuangan negara-negara kaya yang tergabung dalam Kelompok Tujuh atau Group of Seven (G7) memperingatkan tentang meningkatkan ketidakpastian ekonomi global saat menutup pertemuan yang berlangsung selama tiga hari pada Sabtu (13/5/2023).

Pertemuan itu dibayangi kebuntuan negosiasi kenaikan plafon utang Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.

Pertemuan di Kota Niigata, Jepang, berlangsung ketika kekhawatiran atas gagal bayar AS memicu ketidakpastian atas prospek global, yang suram akibat inflasi yang sangat tinggi dan kegagalan bank AS.

Baca juga: Jepang Undang Beberapa Negara Berkembang ke Pertemuan G7, Indonesia Termasuk

“Perekonomian global telah menunjukkan ketahanan terhadap berbagai guncangan, termasuk pandemi Covid-19, perang agresi Rusia melawan Ukraina, dan tekanan inflasi terkait," ungkap para pemimpin G7 dalam komunike setelah pertemuan.

"Kita harus tetap waspada dan tetap gesit dan fleksibel dalam kebijakan ekonomi makro kita di tengah meningkatnya ketidakpastian tentang prospek ekonomi global," tambah mereka, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Komunike itu tidak menyebut kebuntuan pembicaraan mengenai pagu utang Pemerintah AS, yang melanda pasar saat biaya pinjaman meningkat akibat pengetatan moneter secara agresif oleh bank sentral di AS dan di negara-negara Eropa.

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Jumat (12/5/2023), mengatakan dirinya akan bertemu dengan para bankir senior Wall Street pada pekan depan mengenai kemungkinan akan gagal membayar utang untuk pertama kali sejak 1789.

Baca juga: Korea Utara Kritik G7 atas Seruan Denuklirisasi

“Jelas, tekanan di ekonomi terbesar dunia itu akan berdampak negatif bagi semua orang. Dampaknya akan buruk jika tidak segera diselesaikan,” kata Presiden Bank Dunia, David Malpass, kepada Reuters di sela pertemuan G7 pada hari yang sama.

Mengenai masalah di sektor perbankan, komunike G7 mengatakan para pembuat kebijakan akan menangani kesenjangan data, pengawasan, dan peraturan dalam sistem perbankan.

Mereka mempertahankan penilaian yang dibuat pada April bahwa sistem keuangan global “ulet” berkat reformasi peraturan yang dibuat setelah krisis keuangan global pada 2008.

Para bank sentral G7 memperingatkan bahwa inflasi masih akan tetap tinggi dan menekankan komitmen terhadap stabilitas harga serta menjaga agar ekspektasi inflasi berlabuh dengan baik.

China juga menjadi perhatian utama para pemimpin keuangan.

Jepang, yang menjadi tuan rumah pertemuan tahun ini, memimpin upaya untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan dari perekonomian kedua terbesar di dunia.

Para pemimpin keuangan G7 menetapkan akhir tahun sebagai tenggat peluncuran skema baru untuk mendiversifikasi rantai pasokan global.

Baca juga: G7 Disebut Siapkan Penerapan Larangan Ekspor Total ke Rusia

Berdasarkan skema itu nanti, G7 menawarkan bantuan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sehingga mereka dapat memainkan peran yang lebih besar dalam rantai pasokan untuk produk-produk terkait energi, seperti dengan memurnikan mineral dan memproses peralatan manufaktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com