Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Anak-anak di Afghanistan, Dibius Ketika Lapar hingga Dijual Demi Makanan...

Kompas.com - 25/11/2022, 17:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KABUL, KOMPAS.com - Sejumlah warga Afghanistan terpaksa memberikan obat bius kepada anak-anak mereka yang kelaparan supaya tertidur.

Ada pula warga yang menjual anak perempuan dan organ tubuh mereka agar bisa bertahan hidup.

Di musim dingin kedua sejak Taliban mengambil alih kekuasaan dan terjadi pembekuan dana bantuan dari luar negeri, jutaan orang di Afghanistan tinggal selangkah lagi menuju kelaparan.

Baca juga: Taliban Hukum Cambuk Lusinan Orang Afghanistan di Depan Umum Termasuk Tiga Wanita

"Anak-anak kami terus menangis, dan mereka tidak mau tidur. Kami tidak punya makanan," ujar Abdul Wahab.

"Jadi kami ke apotek, membeli obat, dan memberikannya ke anak-anak supaya mereka mengantuk," tutur dia.

Abdul Wahab tinggal di luar Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan.

Dia menghuni sebuah permukiman yang dipenuhi ribuan rumah dari lumpur dan telah berdiri selama beberapa dekade.

Di permukiman itu terdapat orang-orang terlantar akibat perang dan bencana alam.

Abdul adalah salah satu dari banyak pria yang berkumpul di sekitar BBC.

BBC bertanya, berapa banyak yang memberikan obat kepada anak-anak sehingga tak sadarkan diri?

Baca juga: Taliban Mulai Terapkan Hukum Syariah Penuh di Afghanistan, Legalkan Eksekusi Publik hingga Amputasi Pencuri

"Banyak, banyak dari kami melakukan itu," ujar mereka menimpali pertanyaan kami.

Ghulam Hazrat meraba saku di pakaiannya dan mengeluarkan satu lembar tablet.

Nama obat itu alprazolam, yakni obat penenang yang biasanya diresepkan untuk meredakan gangguan kecemasan.

Ghulam punya enam anak, yang bungsu berusia setahun.

"Saya juga memberikan obat ini kepadanya," imbuhnya.

Pria lainnya menunjukkan kepada BBC potongan obat escilatopram dan sertraline yang mereka katakan akan diberikan kepada anak-anak mereka.

Sejumlah dokter mengatakan ketika diberikan kepada anak-anak yang tidak memiliki nutrisi yang cukup, obat-obatan seperti itu bisa mengakibatkan kerusakan ginjal, bersamaan dengan penyakit lain seperti kelelahan kronis, gangguan tidur dan perilaku.

Di sebuah apotek, BBC menemukan bahwa siapa saja bisa membeli lima tablet obat dengan harga 10 Afghanis atau setara Rp1.700.

Sebagian besar keluarga yang BBC temui sedang berbagi beberapa potong roti setiap hari.

Seorang perempuan berkata kepada BBC, mereka makan roti kering di pagi hari, dan pada malam hari mereka celupkan roti itu ke air supaya kenyal.

Baca juga: Krisis Ekonomi Afghanistan Buat Penduduk Terpaksa Menjual Anak

Jual ginjal Rp48 juta

PBB mengatakan "malapetaka" kemanusiaan ini kini terjadi di Afghanistan.

Mayoritas dari para pria di luar Herat bekerja sebagai buruh harian.

Mereka telah menjalani hidup yang sulit selama bertahun-tahun.

Tapi ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021, tanpa pengakuan internasional atas pemerintahan de facto yang baru, dana bantuan luar negeri yang diperuntukkan bagi Afghanistan dibekukan sehingga memicu kelumpuhan ekonomi.

Para pria juga tidak bekerja. Kadang-kadang mereka mendapatkan pekerjaan dengan bayaran sekitar 100 Afghanis atau setara Rp17.000.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com