Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Staf Media Pro-demokrasi Hong Kong Mengaku Bersalah Berkolusi dengan Asing

Kompas.com - 22/11/2022, 20:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

HONG KONG, KOMPAS.com - Enam mantan staf surat kabar Hong Kong mengaku bersalah atas konspirasi untuk berkolusi dengan asing dalam pengadilan setelah penangkapan dan penutupan media mereka di bawah undang-undang (UU) keamanan nasional China pada Selasa (22/11/2022).

Mantan karyawan Apple Daily itu mengaku bersekongkol meminta negara atau organisasi asing memberikan sanksi "atau terlibat dalam kegiatan permusuhan lainnya" terhadap Hong Kong dan China.

Pengakuan itu diberikan setelah jaksa setuju untuk membatalkan tuduhan atas penghasutan menurut laporan Al Jazeera pada Selasa (22/11/2022).

Baca juga: Lagu Protes Hong Kong Tiba-tiba Berkumandang Gantikan Lagu Kebangsaan China di Pertandingan Internasional Rugby

Empat editor senior dan dua eksekutif mengaku bersalah berkonspirasi dengan pendiri Apple Daily Jimmy Lai. Taipan 74 tahun ini masih menunggu persidangan atas tuduhan keamanan nasional terpisah, dalam kolusi tersebut.

Mereka adalah staf penerbitan Cheung Kim-hung, penerbit terkait Chan Pui-man, pemimpin redaksi Ryan Law, Pemimpin Redaksi eksekutif Lam Man-chung, dan penulis editorial Fung Wai-kong dan Yeung Ching-kee.

Keenam orang tersebut dituduh menggunakan artikel Apple Daily untuk meminta sanksi asing terhadap China dan kini menghadapi ancaman hukuman maksimal seumur hidup penjara.

Putusan hukuman mereka akan diumumkan setelah adanya kesimpulan dari persidangan Lai, atas tuduhan keamanan dan penghasutan nasional.

Putusan hukuman kepada tokoh-tokoh media pro-demokrasi Hong Kong ini kemungkinan akan menambah ketakutan akan kebebasan pers di bekas jajahan Inggris itu.

Peringkat Hong Kong anjlok dari peringkat 18 ke peringkat 148 dalam indeks kebebasan pers Reporters Without Borders.

Baca juga: Hong Kong Tawarkan 500.000 Tiket Pesawat Gratis untuk Menarik Kembali Wisatawan

Apple Daily terpaksa ditutup pada Juni tahun lalu, setelah pihak berwenang membekukan rekening banknya dan menangkap para eksekutif senior dan staf redaksi.

Perusahaan media itu adalah tabloid pro-demokrasi yang terkenal dengan kritik kerasnya terhadap Beijing. Beberapa media pro-demokrasi Hong Kong lainnya, termasuk Stand News, digerebek oleh polisi Desember lalu.

Mereka juga terpaksa ditutup di bawah UU keamanan nasional, yang diperkenalkan Beijing menyusul protes pro-demokrasi besar-besaran yang juga menimbulkan sejumlah kekerasan pada 2019.

Hong Kong merupakan wilayah semi-otonom dari Beijing dan mengklaim untuk melindungi hak-hak dasar dan kebebasan di bawah prinsip yang dikenal sebagai "satu negara, dua sistem."

Akan tetapi, tindakan keras terhadap perbedaan pendapat sejak pengenalan UU keamanan nasional China secara praktis menghapus oposisi politik kota dan masyarakat sipil , yang dulunya bergairah.

Baca juga: Polisi Hong Kong Tangkap Pria yang Mainkan Harmonika di Acara Penghormatan Ratu Elizabeth II

Undang-undang tersebut telah banyak dikritik oleh gerakan kebebasan pers dan kelompok hak asasi manusia.

Pasalnya, itu dapat mengkriminalkan seseorang dengan tuduhan pelanggaran atas akasi suksesi, subversi, terorisme, dan kolusi dengan kekuatan asing.

Lai yang adalah seorang pengungsi China daratan yang menghasilkan uang dari industri garmen sebelum meluncurkan Apple Daily pada 1995, akan diadili pada 1 Desember.

Taipan berusia 74 tahun itu dan tiga perusahaan yang menurut jaksa terlibat dalam konspirasi tersebut mengaku tidak bersalah.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com