Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Xi Beri Isyarat Pertahankan Kebijakan Terkait Taiwan yang Dikecam AS

Kompas.com - 17/10/2022, 11:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Berbicara pada pembukaan kongres Partai Komunis China, Minggu (16/10/2022), Pemimpin China Xi Jinping mengatakan China akan melanjutkan kebijakannya terhadap Taiwan dan Hong Kong yang semi-otonom.

Kebijakan itu diketahui telah dikecam keras oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara demokrasi lainnya.

Pemerintahan Xi Jinping memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong yang telah membungkam suara-suara oposisi dan tuntutan untuk demokrasi.

Baca juga: Rangkuman Pernyataan Xi Jinping di Kongres Partai Komunis China: dari Taiwan hingga Perang Dingin

“Kita akan memastikan pemerintah pusat menjalankan yurisdiksi keseluruhan atas Hong Kong dan Makau, serta memastikan roda pemerintahan dijalankan oleh patriot,” kata Xi kepada hadirin kongres partai Komunis China di Beijing.

Xi menegaskan kembali bahwa China tidak akan mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau Taiwan yang berpemerintahan sendiri di bawah kendalinya.

“Kita akan terus mengusahakan reunifikasi damai dengan ketulusan terbesar dan upaya maksimal. Tapi kita tidak akan pernah berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan (militer), dan kita memiliki pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan,” ucap dia, sebagaimana dikutip dari Associated Press (AP).

Taiwan dan China berpisah selama perang saudara pada 1949 yang membawa partai Komunis berkuasa di China.

Banyak orang Taiwan menolak istilah “penyatuan kembali".

Baca juga: Pujian dan Pembelaan Xi Jinping atas Strategi Nol Covid China Melawan Pandemi

Mereka merasa tidak pernah menjadi bagian dari komunis China.

“Reunifikasi penuh tanah air kita harus diwujudkan dan tanpa ragu dapat diwujudkan,” beber Xi Jinping.

Sementara itu, orang-orang Tibet di pengasingan yang tinggal di kota Dharamsala, sebuah kota pegunungan di India utara menggelar protes pada Minggu kemarin, untuk mengutuk Kongres Nasional Partai Komunis China ke-20 di Beijing. 

Kongres Partai Komunis China diselenggarakan dua kali dalam satu dekade.

Kongres kali ini diprediksi akan memberikan Xi Jinping masa jabatan lima tahun ketiga

Para pengunjuk rasa di Tibet termasuk pada biksu, mahasiswa, anggota parlemen di pengasingan.

Mereka berjalan sambil memegang bendera, spanduk dan poster ketika mereka berteriak menentang Xi Jinping.

Namgyal Dolkar, anggota parlemen Tibet di pengasingan, adalah salah seorang demonstran.

“Mereka tidak lain adalah rezim diktator, di mana semuanya didikte oleh Xi Jinping. Kita tahu bahwa dia akan dinyatakan sebagai pemimpin…pemimpin PKC lagi. Kami ingin mengungkapkan fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam Tibet,” ucap Dolkar dengan berani.

Baca juga: 10 Tahun China Era Xi Jinping: Makin Kaya, Kuat, dan Percaya Diri

Kongres Nasional Partai Komunis China ke-20 dilaporkan diikuti oleh sekitar 2.300 delegasi dari seluruh China.

Kongres Partai Komunis China dimulai di Aula Besar Rakyat yang luas di sisi barat Lapangan Tiananmen di Beijing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com