SEOUL, KOMPAS.com - Negosiasi dengan Korea Utara seharusnya bukan untuk pertunjukan politik, tetapi harus berkontribusi untuk membangun perdamaian, kata Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada Rabu (17/8/2022).
Berbicara dalam konferensi pers untuk menandai 100 hari pertamanya menjabat, Yoon tidak menyinggung uji coba rudal yang kembali dilakukan Korea Utara beberapa sebelumnya, yang kemudian baru dilaporkan secara publik oleh militer Korea Selatan.
Yoon mengulangi kesediaannya untuk memberikan bantuan ekonomi bertahap ke Korea Utara, jika negara itu mengakhiri pengembangan senjata nuklir dan memulai denuklirisasi, seruan yang telah disampaikan sejak masa kampanyenya.
Baca juga: Korea Selatan Ungkap Paket Bantuan Skala Besar untuk Korea Utara jika Mau Denuklirisasi
"Setiap dialog antara para pemimpin Selatan dan Utara, atau negosiasi antara pejabat tingkat kerja, tidak boleh menjadi pertunjukan politik, tetapi harus berkontribusi untuk membangun perdamaian substantif di semenanjung Korea dan di Asia Timur Laut," katanya sebagaimana dilansir Reuters.
Komentar itu merupakan kritik nyata terhadap KTT yang melibatkan pendahulunya Moon Jae-in, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Amerika Serikat (AS) saat itu, Presiden Donald Trump.
Terlepas dari pertemuan itu, pembicaraan denuklirisasi terhenti pada 2019. Korea Utara mengatakan tidak akan memperdagangkan pertahanan diri, meskipun telah menyerukan diakhirinya sanksi.
Negara tertutup itu juga diamati kembali mempersiapkan kemungkinan uji coba nuklir, yang akan menjadi yang pertama sejak 2017.
Baca juga: Menengok Isi Banjiha, Apartemen Semi-Bawah Tanah di Seoul Korea Selatan seperti Film Parasite
Peluncuran rudal Korea Utara pada Rabu (17/8/2022) adalah yang pertama dilaporkan dalam beberapa bulan, dan sehari setelah Korea Selatan dan AS memulai latihan gabungan jelang dimulainya kembali pelatihan lapangan langsung yang dihentikan di bawah Moon.
Seorang juru bicara Pentagon menolak mengomentari apa yang disebutnya "dugaan peluncuran rudal jelajah," tetapi mengatakan AS tetap fokus pada koordinasi erat dengan sekutu dan mitra untuk "mengatasi ancaman" yang ditimbulkan oleh Korea Utara.
Yoon mengatakan Korea Selatan tidak dalam posisi dapat menjamin keamanan Korea Utara jika menyerahkan senjata nuklirnya, tetapi Seoul tidak menginginkan perubahan paksa dalam status quo di Utara.
Uji coba rudal dan pengembangan nuklir Korea Utara menghidupkan kembali perdebatan mengenai apakah Selatan harus mengejar senjata nuklirnya sendiri.
Tapi Yoon mengatakan bahwa dia berkomitmen pada Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), dan bekerja dengan AS untuk meningkatkan "pencegahan yang diperpanjang" untuk Korea Selatan.
"NPT tidak boleh ditinggalkan dan saya akan mematuhinya sampai akhir," katanya.
Baca juga: Putin Janjikan Perluasan Hubungan Rusia dan Korea Utara ke Kim Jong Un
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.