Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Tolak Cabut Hukuman Mati untuk 3 Pejuang Asing Ukraina

Kompas.com - 13/06/2022, 11:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

KYIV, KOMPAS.com – Seorang pemimpin wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina timur mengatakan, tidak akan mengubah vonis hukuman mati kepada tiga warga negara asing yang bertempur untuk Ukraina.

Sebelumnya, dua warga negara Inggris dan seorang warga negara Maroko divonis hukuman mati oleh pengadilan Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri.

Dua warga Inggris tersebut masing-masing bernama Aiden Aslin dan Shaun Pinner. Sedangkan seorang warga Maroko bernama Brahim Saadun.

Baca juga: 2 Pejuang Asing Ukraina dari Inggris Dihukum Mati di Wilayah Separatis Pro-Rusia

Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin mengatakan kepada wartawan bahwa ketiga orang tersebut adalah tentara bayaran.

“Mereka datang ke Ukraina untuk membunuh warga sipil demi uang. Itu sebabnya saya tidak melihat kondisi apa pun untuk meringankan atau mengubah hukuman,” kata Pushilin, sebagaimana dilansir AFP, Minggu (12/6/2022).

Pushilin mengatakan, pengadilan telah mengeluarkan hukuman yang “sangat adil” kepada tiga warga negara asing tersebut.

Dia juga menuduh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengabaikan nasib mereka dan gagal menghubungi otoritas separatis.

Baca juga: 2 Pejuang Asing Ukraina dari Inggris Dihukum Mati di Wilayah Separatis Pro-Rusia

Pushilin berbicara pada konferensi pers yang dihadiri oleh AFP di Mariupol, kota yang dijadikan ibu kota oleh Republik Rakyat Donetsk.

Pada Jumat (10/6/2022), juru bicara Johnson mengaku terkejut dengan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Aslin, Pinner, dan Saadun.

"Jelas mereka adalah anggota angkatan bersenjata Ukraina dan karena itu merupakan tawanan perang," kata juru bicara tersebut.

Baca juga: Mantan Tentara Inggris Tewas dalam Pertempuran Membela Ukraina

Dia menambahkan, ketiganya bukan tentara bayaran seperti yang dituduhkan oleh otoritas separatis di Donetsk.

Menurut keluarga Aslin dan Pinner, kedua pria itu telah tinggal di Ukraina sejak 2018.

Pada hari Jumat, PBB menyatakan keprihatinan atas hukuman mati yang dijatuhkan terhadap para tahanan oleh pemberontak pro-Rusia.

Baca juga: Durasi Perang Rusia Vs Ukraina Masih Panjang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com