JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (30/5/2022) mengatakan, penyakit cacar monyet belum akan menjadi pandemi global.
Sejak Inggris kali pertama melaporkan kasus cacar monyet yang dikonfirmasi pada 7 Mei, hampir 400 kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi telah dilaporkan ke WHO di hampir 24 negara yang jauh dari Afrika, lokasi virus itu endemik.
WHO pun menyuarakan keprihatinan pada situasi yang tidak biasa ini, tetapi menegaskan kembali tidak ada alasan untuk panik atas virus cacar monyet, yang menyebar melalui kontak dekat dan biasanya tidak menyebabkan penyakit parah.
Baca juga: Apa Itu Cacar Monyet: Gejala, Penyebab, dan Kenapa Masyarakat Tak Perlu Khawatir
Pakar cacar monyet terkemuka WHO Rosamund Lewis mengaku tidak tahu apakah virus yang endemik di berbagai negara Afrika barat dan tengah ini dapat menjadi pandemi verikutnya, tetapi menurutnya tidak.
"Saat ini, kami tidak khawatir tentang pandemi global," ujarnya dikutip dari AFP.
Penting, katanya, untuk mengambil langkah cepat guna mengendalikan penyebaran virus cacar monyet.
"Masih mungkin untuk menghentikan wabah ini sebelum menjadi lebih besar," katanya kepada forum publik online. "Saya tidak berpikir kita harus takut secara kolektif."
Cacar monyet atau monkeypox terkait dengan cacar (smallpox) yang merenggut nyawa jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun sebelum diberantas pada 1980.
Namun, gejala cacar monyet jauh lebih ringan dan kebanyakan orang sembuh dalam tiga sampai empat minggu.
Gejala awal cacar monyet termasuk demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam seperti cacar air.
Baca juga:
Salah satu teorinya adalah cacar monyet menyebar lebih mudah di antara orang-orang di bawah usia 45 tahun yang belum divaksinasi cacar.
Vaksin yang dikembangkan untuk cacar juga ditemukan sekitar 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet, tetapi persediaannya terbatas.
"Kami khawatir itu (cacar monyet) akan menggantikan cacar dan kami benar-benar tidak ingin itu terjadi," kata Lewis yang juga mengepalai sekretariat cacar WHO.
Dia menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran di antara orang-orang yang mungkin berisiko, mendeteksi kasus lebih awal, mengisolasi yang terinfeksi, dan melacak kontaknya.