Sejak Inggris kali pertama melaporkan kasus cacar monyet yang dikonfirmasi pada 7 Mei, hampir 400 kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi telah dilaporkan ke WHO di hampir 24 negara yang jauh dari Afrika, lokasi virus itu endemik.
WHO pun menyuarakan keprihatinan pada situasi yang tidak biasa ini, tetapi menegaskan kembali tidak ada alasan untuk panik atas virus cacar monyet, yang menyebar melalui kontak dekat dan biasanya tidak menyebabkan penyakit parah.
Pakar cacar monyet terkemuka WHO Rosamund Lewis mengaku tidak tahu apakah virus yang endemik di berbagai negara Afrika barat dan tengah ini dapat menjadi pandemi verikutnya, tetapi menurutnya tidak.
"Saat ini, kami tidak khawatir tentang pandemi global," ujarnya dikutip dari AFP.
Penting, katanya, untuk mengambil langkah cepat guna mengendalikan penyebaran virus cacar monyet.
"Masih mungkin untuk menghentikan wabah ini sebelum menjadi lebih besar," katanya kepada forum publik online. "Saya tidak berpikir kita harus takut secara kolektif."
Cacar monyet atau monkeypox terkait dengan cacar (smallpox) yang merenggut nyawa jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun sebelum diberantas pada 1980.
Namun, gejala cacar monyet jauh lebih ringan dan kebanyakan orang sembuh dalam tiga sampai empat minggu.
Gejala awal cacar monyet termasuk demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam seperti cacar air.
Salah satu teorinya adalah cacar monyet menyebar lebih mudah di antara orang-orang di bawah usia 45 tahun yang belum divaksinasi cacar.
Vaksin yang dikembangkan untuk cacar juga ditemukan sekitar 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet, tetapi persediaannya terbatas.
"Kami khawatir itu (cacar monyet) akan menggantikan cacar dan kami benar-benar tidak ingin itu terjadi," kata Lewis yang juga mengepalai sekretariat cacar WHO.
Dia menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran di antara orang-orang yang mungkin berisiko, mendeteksi kasus lebih awal, mengisolasi yang terinfeksi, dan melacak kontaknya.
Sejauh ini, banyak kasus cacar monyet terkait dengan pria muda yang berhubungan seks dengan sesama pria.
Para ahli menekankan, tidak ada bukti cacar monyet ditularkan secara seksual, tetapi menduga mungkin ada beberapa yang disebut penguatan kasus ketika anggota komunitas LGBTQ berkumpul dalam jarak dekat.
“Ini bukan penyakit gay,” ujar Andy Seale dari program infeksi menular seksual WHO kepada forum publik, seraya menekankan bahwa virus itu dapat menyebar di antara kelompok orang mana pun di ruang ramai dengan kontak kulit-ke-kulit yang dekat.
Sylvie Briand kepala kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi serta pandemi WHO mengakui bahwa penularan melalui pernapasan juga terjadi.
Namun, dia mengatakan masih belum jelas apakah penularan itu kebanyakan melalui tetesan atau bisa lewat udara.
"Masih banyak yang belum diketahui," katanya kepada pengarahan epidemiologi pada Senin (30/5/2022).
https://www.kompas.com/global/read/2022/05/31/110000370/who--cacar-monyet-belum-akan-jadi-pandemi-bukan-virus-gay