Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Rusia Kerahkan Senjata Laser di Ukraina?

Kompas.com - 26/05/2022, 21:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

MOSKWA, KOMPAS.com - Wakil Perdana Menteri (PM) Rusia Yury Borisov, dalam sebuah konferesi yang disiarkan secara nasional oleh TV Channel One, menyatakan, Kremlin sudah mengerahkan sistem persenjataan laser canggih bernama "Zadira" dalam perang di Ukraina. Pengerahan sistem senjata laser itu, terutama untuk menembak jatuh drone tempur Ukraina.

"Zadira" merupakan bagian dari sistem peluru kendali balistik antarbenua, yang mencakup komponen senjata laser yang disebut Peresvet, demikian lapor Reuters pekan lalu.

Borisov menyebutkan, Peresvet sudah dikerahkan secara luas di Ukraina dan dapat "membutakan" satelit pada ketinggian 1.500 km dari permukaan bumi.

"Jika Peresvet bisa membuat satelit buta, generasi baru senjata laser akan mengarahkan pengrusakan fisik targetnya dengan membakarnya", kata Borisov seperti dikutip Reuters.

Akan tetapi pakar militer Barat menyatakan keraguannya terkait klaim Rusia itu.

Baca juga: Rusia Terjunkan Senjata Laser di Ukraina, Zelensky Malah Mengejek

Apa sebetulnya senjata laser?

Senjata laser membangkitkan cahaya terkonsentrasi, yang dapat memanaskan sebuah obyek hingga suhu ribuan derajat Celsius hingga terbakar habis.

Laser berenergi tinggi dapat membakar dan melubangi lapisan baja tebal dalam hitungan detik. Sinar laser melesat dengan kecepatan cahaya, punya spektrum lebih luas dibanding proyektil konvensional dan memiliki presisi sangat tinggi.

Senjata laser juga bekerja rahasia, karena pancarannya nyaris tidak menimbulkan suara bising. Yang lebih penting lagi, sistem senjata laser secara ekonomi relatif lebih murah, karena tidak memerlukan amunisi, hanya perlu energi untuk memancarkan radiasinya.

Baca juga: China Tanggapi Tuduhan Australia Soal Serangan Laser ke Jet Militernya

TNO, sebuah organisasi riset Belanda yang mendalami teknologi senjata laser, menyebutkan, satu kali tembakan dari sistem senjata ini hanya memerlukan biaya kurang dari satu euro

Semua faktor keunggulan itu, menjadikan senjata laser sebagai proyek sangat menarik bagi militer di seluruh dunia. Angkatan Darat AS pada musim panas tahun lalu menyatakan, sudah melakukan uji coba senjata laser terbaru dalam sebuah latihan perang.

Sementara PM Israel Naftali Bennet pada April, lewat twitnya di Twitter menyebutkan, angkatan bersenjata negaranya sukses menguji coba sistem senjata laser pertama di dunia, yang bisa digunakan menembak jatuh drone, rudal, dan mortir.

Juga sejumlah negara lainnya, seperti Perancis dan China dilaporkan sedang bergiat mengembangkan proyek senjata lasernya masing-masing.

Baca juga: Australia Tuduh Pasukan China Serang Pesawat Militernya dengan Laser di Laut Arafura

Apakah ada bukti Russia gunakan senjata laser di Ukraina?

"Sejumlah negara telah melakukan eksplorasi teknologinya dan menggunakan senjata jenis ini. Rusia merupakan salah satunya.Namun terkait kerahasiaan proyek semacam itu, kami tidak mengetahui status perkembangannya", papar Maarten Lortzer, jurubicara TNO kepada DW.

"Kami tidak memiliki indikasi penggunaan laser, atau lebih tepatnya senjata laser di Ukraina. Tidak ada yang mengkonfirmasi hal ini”, kata juru biraca Pentagon John Kirby dalam sebuah briefing kepada wartawan dalam sebuah kesempatan terpisah.

Senjata laser Rusia penangkal drone Ukraina?

Senjata laser, jika memang eksis di Ukraina, bisa membantu Moskwa memerangi salah satu senjata yang paling ditakuti di Ukraina, yakni drone.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Global
Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Global
Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Global
Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Internasional
Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Global
Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Global
Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Global
Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Global
Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Global
Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Global
Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Global
Sejumlah 'Influencer' Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Sejumlah "Influencer" Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Global
Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Global
Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Global
Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com