BEIJING, KOMPAS.com - Data berisi ribuan foto dan dokumen yang diretas dari sejumlah komputer kepolisian China mengungkap sistem pemenjaraan massal umat Islam dari etnis Uighur di kawasan Xinjiang serta kebijakan tembak di tempat bagi siapapun yang mencoba kabur.
Berkas-berkas Kepolisian Xinjiang tersebut diserahkan kepada BBC awal tahun ini. Setelah sebulan menginvestigasi dan memverifikasinya, rangkaian dokumen tersebut kini diperlihatkan guna memberikan pandangan baru mengenai pemenjaraan etnis Uighur dan minoritas lainnya.
Penerbitan berkas-berkas ini bertepatan dengan kedatangan Komisioner HAM PBB Michelle Bachelet di China. Dia dijadwalkan berkunjung ke Xinjiang, namun para pengritik khawatir lawatannya bakal dikawal ketat pemerintah China.
Baca juga: Basis Data Bocor di China Ungkap Ribuan Orang Uighur yang Ditahan
Berkas-berkas Kepolisian Xinjiang—judul yang digunakan konsorsium wartawan internasional termasuk BBC untuk merujuk kumpulan data tersebut—memuat ribuan foto dan dokumen.
Rangkaian dokumen mencakup pidato-pidato rahasia oleh sejumlah pejabat senior China; panduan internal kepolisian dan informasi personel; detail penahanan terhadap lebih dari 20.000 orang Uighur; dan foto-foto dari lokasi yang sangat sensitif.
Melalui kumpulan data ini, terkuak bahwa China menggunakan kamp-kamp "pendidikan ulang" dan penjara-penjara formal sebagai dua sistem yang terpisah namun terhubung guna memenjarakan etnis Uighur secara massal.
Pemerintah China selalu membantah telah melakukan pemaksaan terhadap umat Islam dari etnis Uighur.
Baca juga: China Buka Pintu Xinjiang, Tim HAM PBB Tiba di Guangzhou Siap Kunjungi Uighur
"Yang benar adalah pendidikan dan pusat pelatihan di Xinjiang adalah sekolah-sekolah untuk membantu orang-orang membebaskan diri mereka dari ekstremisme," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada 2019.
Klaim pemerintah China bahwa kamp-kamp pendidikan ulang yang dibangun di Xinjiang sejak 2017 tidak lebih dari "sekolah-sekolah" berlawanan dengan beragam instruksi internal kepolisian, jadwal penjagaan sipir, dan foto-foto tahanan yang belum pernah terlihat.
Rangkaian dokumen tersebut memperlihatkan bukti terkuat hingga saat ini mengenai rantai komando yang berujung ke Presiden China Xi Jinping.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.