Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disorot Dunia, Kenapa Pilpres Filipina 2022 Kontroversial?

Kompas.com - 09/05/2022, 16:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

MANILA, KOMPAS.com - Masyarakat Filipina melakukan pemungutan suara untuk memilih presiden baru pada Senin (9/5/2022), yang menurut para analis akan menjadi pemilihan paling signifikan dalam sejarah negara Asia Tenggara baru-baru ini.

Tidak ada putaran kedua, sehingga nama presiden baru bisa diketahui dalam beberapa jam. Peresmian dilakukan pada Juni mendatang.

Baca juga: 4 Orang Tewas Jelang Pemilihan Presiden Filipina, 60.000 Pasukan Keamanan Siaga

Akan tetapi, politik bisa menjadi bisnis yang berbahaya di Filipina dan ada risiko kekerasan selama kampanye dan pemilihan itu sendiri.

Dalam salah satu insiden paling mengerikan, puluhan orang tewas dan dikubur di pinggir jalan pada 2009 oleh klan politik saingan, dalam apa yang kemudian dikenal sebagai pembantaian Maguindanao.

Adapun Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang akan turun dari jabatannya, meninggalkan sejumlah warisan masalah dari kemerosotan ekonomi, penindakan keras pada media serta para pengkritiknya, serta isu penangan pandemi yang sedikitnya menewaskan 60.439 jiwa.

Dalam Pemilihan Presiden 2022 saat ini, ada 10 orang kandidat yang berjuang untuk menggantikannya, tetapi hanya dua yang berpeluang menang menurut laporan Al Jazeera.

Yang pertama dan paling diunggulkan adalah Ferdinand Marcos Jr, yang dikenal sebagai "Bongbong". Dia adalah putra diktator Filipina dengan nama yang sama, yang digulingkan dan diasingkan dalam pemberontakan 1986.

Yang kedua adalah Leni Robredo, wakil presiden saat ini dan kepala oposisi, yang menjanjikan pemerintahan yang lebih akuntabel dan transparan, untuk menghidupkan kembali demokrasi negara.

Seorang pendukung Wakil Presiden Filipina Leni Robredo, calon presiden untuk pemilihan 2022, berfoto saat kampanye di Angeles City, Provinsi Pampanga, Filipina, 9 April 2022.REUTERS/LISA MARIE DAVID via VOA INDONESIA Seorang pendukung Wakil Presiden Filipina Leni Robredo, calon presiden untuk pemilihan 2022, berfoto saat kampanye di Angeles City, Provinsi Pampanga, Filipina, 9 April 2022.

Baca juga: 4 Orang Tewas Jelang Pemilihan Presiden Filipina, 60.000 Pasukan Keamanan Siaga

Baik versus Jahat

Kepada Al Jazeera, Ilmuwan politik Universitas Diliman Filipina Aries Arugay mengatakan Pilpres Filipina 2022 ini benar-benar kampanye yang baik versus yang jahat.

“Ini cukup jelas. Marcos mewakili dinasti, otokrasi, dan impunitas. Robredo mewakili kebalikan dari itu: integritas, akuntabilitas, dan demokrasi.”

Jajak pendapat menunjukkan Marcos Jr tetap memimpin meskipun Robredo tampaknya menutup celah.

Putra diktator berusia 64 tahun itu memasuki politik berbenteng nama besar keluarganya di Ilocos Norte sejak 1980. Dia menjadi gubernur provinsi ketika ayahnya digulingkan dari kekuasaan dan demokrasi dipulihkan.

Pada 1992, ia terpilih menjadi anggota kongres – lagi-lagi untuk Ilocos Norte. Tiga tahun kemudian, dia dinyatakan bersalah atas penggelapan pajak, kasus yang terus menghantuinya tetapi tampaknya tidak menghalangi karir politiknya.

Marcos Jr terpilih sebagai senator pada 2010, tapi gagal mencalonkan diri sebagai wakil presiden Filipina enam tahun kemudian setelah kalah dari Robredo.

Di jalur kampanye, Marcos Jr berbicara tentang "persatuan", tetapi memberikan sedikit detail tentang kebijakannya dan menghindari wawancara dan debat media.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com