Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Eropa Menghindari "Jebakan Utang" China

Kompas.com - 04/05/2022, 17:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

ATHENA, KOMPAS.com - Miliaran dolar uang asal China telah mendongkrak perekonomian beberapa negara Eropa - tetapi ada beberapa kesepakatan yang ternyata mengundang masalah. Para kritikus mengatakan itu adalah "jebakan utang", di mana China dapat memilih apa yang terjadi jika pinjaman tidak dilunasi.

China menegaskan diri sebagai mitra investasi yang dapat diandalkan - tetapi Beijing juga menghadapi tuduhan eksploitasi pekerja dan kerusakan lingkungan.

Ada salah satu momen mengerikan yang terekam CCTV. Seorang pekerja dermaga di Pelabuhan Piraeus dekat Ibu Kota Yunani, Athena, terlihat berjalan di sepanjang dermaga di sebelah tumpukan-tumpukan kontainer.

Baca juga: Kepala MI6 Peringatkan Jebakan Utang China, Bagaimana dengan Indonesia?

Tiba-tiba, saat dia melihat ke atas, salah satu tumpukan kontainer itu roboh ke arahnya. Dia lantas berlari menyelamatkan diri dan nyaris tertimpa dua peti besar itu - yang akhirnya menimpa sebuah truk kosong di bawahnya.

Tahun lalu, seorang pekerja lain di Piraeus tidak seberuntung itu. Dimitris Dagklis, yang berusia 45 tahun, tidak sempat menyelamatkan diri dan tewas dalam kecelakaan alat berat.

"Kematiannya itu akibat pekerjaan kami yang terus-menerus dan fakta bahwa tidak ada langkah-langkah keselamatan yang layak di tempat kerja," keluh Markos Bekris, ketua serikat pekerja di pelabuhan itu.

Sejak kematian Dagklis itu, serikat pekerja telah melakukan pemogokan atas pengurangan jumlah staf di pelabuhan - yang dua pertiganya dimiliki Cosco, perusahaan milik Pemerintah China.

Di seluruh Eropa, ketika banyak pemerintah khawatir atas invasi Rusia ke Ukraina pascapandemi, Beijing terus memperluas portofolionya. Menjalankan sejumlah pelabuhan dan tambang di Eropa - membangun jalan dan jembatan - berinvestasi di tempat yang tidak dimiliki pihak-pihak lain.

Tetapi negara-negara Eropa itu harus mempertimbangkan imbalan, dan risiko, dari penandatanganan kesepakatan dengan China.

Baca juga: China Bantah Lancarkan Jebakan Utang di Negara-negara Afrika

Mereka semakin waspada terhadap apa yang disebut "jebakan utang", yaitu ketika pemberi pinjaman - seperti Pemerintah China - dapat mengambil konsesi ekonomi atau politik jika negara yang menerima investasi tidak dapat membayarnya kembali.

Ada juga klaim-klaim para pekerja setempat yang dieksploitasi oleh perusahaan China - dalam hal gaji, kondisi, dan tingkat kepegawaian.

BBC mengajukan pertanyaan kepada Cosco tentang kematian Dimitris Dagklis, mengenai tingkat kepegawaian di Piraeus dan masalah lingkungan dari perluasan pelabuhan. Namun perusahaan itu mengatakan tidak akan memberi BBC wawancara dan tidak dapat membantu lebih jauh.

Bekris tidak semata-mata menyalahkan Beijing atas munculnya situasi yang dia sebut telah mengikis hak-hak pekerja. Menurut dia, sistem kapitalis pascakrisis keuangan global menyebabkan masuknya perusahaan-perusahaan asing, lalu memaksimalkan keuntungan dengan mengorbankan pekerja.

Memang tidak diragukan bahwa investasi dari Beijing telah mendorong kebangkitan di pelabuhan itu sejak Pemerintah Yunani terpaksa menjualnya, beserta aset-aset publik lainnya, setelah negara itu dihantam krisis ekonomi pada 2008.

Saat menyusuri pantai dengan perahu motor kecil, BBC menemukan antrean kapal-kapal kontainer besar menunggu tempat berlabuh. Itu adalah tempat parkir raksasa, dipenuhi ratusan ribu ton barang, hampir semuanya buatan China yang segera didistribusikan ke penjuru Eropa.

Baca juga: Disapu Krisis dan Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Minta Pertolongan China

Kebangkitan di Piraeus - termasuk peluang kerja bagi penduduk setempat - mencerminkan transformasi yang lebih luas dalam kekayaan finansial Yunani. Negara itu sekarang salah satu ekonomi yang tumbuh paling pesat di Uni Eropa (UE).

Namun, seperti semua tetangganya di Eropa, Yunani juga berjuang mengatasi berbagai dampak dari perang Ukraina, termasuk ekonomi.

Banyak negara sedang mengkaji kembali apa dampaknya berbisnis dengan China - yang Februari lalu mendeklarasikan tatanan global baru, bersama dengan sekutunya, Rusia.

Pada hari pembukaan Olimpiade Musim Dingin, China mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" dengan Rusia dan berjanji untuk berkolaborasi lebih banyak melawan Barat. Sejak itu, China tidak ikut mengutuk serangan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.

Ratusan kontainer dari kapal dikirim ke pelabuhan Piraeus, Yunani.BBC INDONESIA Ratusan kontainer dari kapal dikirim ke pelabuhan Piraeus, Yunani.

Di Piraeus, dugaan kerusakan lingkungan akibat perluasan pelabuhan telah mendorong masyarakat setempat menggugat Cosco.

Baca juga: Awal Mula Krisis Sri Lanka: Gagal Bayar Utang, Bangkrut, hingga Darurat Nasional

Mereka khawatir atas pengerukan dasar laut yang tidak terkendali dan polusi beracun - serta peningkatan lalu lintas di laut dan darat.

Pengacara Anthi Giannoulou - yang menikmati masa kecilnya bermain di pantai - khawatir akan masa depan komunitasnya untuk jangka panjang.

"Bukannya menguntungkan Piraeus, malah akan menguntungkan orang lain yang tidak tinggal di sini.

"Piraeus adalah kota yang sangat kecil dan orang-orang yang masih tinggal di sini telah menetap selama beberapa generasi. Jadi kami tidak bisa begitu saja diusir oleh munculnya beberapa investasi tanpa dimintai konsultasi dulu."

Di sebuah ruang lobi bermarmer di gedung pemerintah di pusat Athena, BBC disambut oleh Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias.

Dia menjelaskan bahwa investasi di Piraeus telah saling menguntungkan - dan mengingatkan bahwa China adalah satu-satunya investor yang berminat saat Pemerintah Yunani terpaksa menjual pelabuhan tersebut.

Baca juga: Devisa Ludes, Sri Lanka Gagal Bayar Seluruh Utang Luar Negeri Senilai Rp 732 Triliun

"Dalam hubungan ekonomi kami, saya pikir kedua belah pihak diuntungkan. China memiliki titik masuk untuk produknya ke Uni Eropa, ke Balkan dan ke Eropa tengah dan timur. Dan kami memiliki pelabuhan komersial besar yang mutakhir."

Setelah krisis 2008, kelompok yang disebut "troika Eropa" - yaitu Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional (IMF) - berkeras bahwa pelabuhan itu terpaksa dijual untuk membantu membayar utang Yunani yang membengkak.

"Yang sebenarnya adalah China mengambil alih Piraeus dan sekarang Piraeus adalah salah satu pelabuhan terbesar di Eropa dan - jika apa yang mereka katakan itu benar, dan saya tidak memiliki alasan untuk meragukannya - mungkin akan menjadi nomor satu, atau nomor dua, di seluruh Eropa. Jadi itu adalah peningkatan yang besar dan investasinya pun besar."

Tapi bagaimana dengan potensi "jebakan utang" yang mungkin datang dengan investasi China di Yunani di masa depan? Apakah pelabuhan Piraeus merupakan titik tertinggi hubungan Athena dengan Beijing?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com