COLOMBO, KOMPAS.com – Duta Besar Sri Lanka untuk China Palitha Kohona yakin bahwa Beijing akan memberikan dukungan senilai 2,5 miliar dollar AS (Rp 21 triliun) untuk negaranya yang dilanda krisis.
Selain itu, Sri Lanka bangkrut dan mengumumkan gagal bayar utang luar negeri senilai 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun).
Dilansir Al Jazeera, Selasa (12/4/2022), Kohona mengatakan bahwa dia telah menerima jaminan dari China pekan lalu bahwa pengaturan untuk pinjaman dan jalur kredit sedang berjalan.
Dari jumlah 2,5 miliar dollar AS tersebut, 1 miliar dollar AS merupakan pinjaman untuk dapat membayar kembali utangnya kepada Beijing yang ada yang jatuh tempo pada Juli.
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Maskapai Penerbangan Mereka Justru Berencana Perbanyak Pesawat
Sisanya, 1,5 miliar dollar AS, merupakan jalur kredit untuk membeli barang-barang dari China seperti tekstil yang dibutuhkan untuk mendukung industri ekspor pakaian jadi.
“Bagi kami, itu tidak bisa datang lebih cepat,” kata Kohona. Dia tidak dapat memberikan kerangka waktu yang tepat dan tidak mengungkapkan persyaratan pendanaan.
“Mengingat keadaan saat ini, tidak banyak negara yang bisa melangkah ke lapangan dan melakukan sesuatu,” sambung Kohona.
“China adalah salah satu negara yang dapat melakukan sesuatu dengan sangat cepat,” imbuh Kohona, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Baca juga: Sri Lanka: Letak, Sejarah, Politik, dan Budayanya
Sri Lanka dihantam krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir, memicu lonjakan harga kebutuhan pokok, pemadaman listrik, dan kekurangan obat-obatan.
Kondisi tersebut memicu protes jalanan dan menuntut Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk mundur.
Beijing telah lama berhubungan hangat dengan Sri Lanka tetapi belum memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Colombo.
Rajapaksa baru-baru ini menulis surat kepada Presiden China Xi Jinping secara langsung untuk mencari dukungan kredit, kata Kohana.
“Permintaan kami akan dipenuhi, tetapi mereka harus melalui sistem China. Kami sangat yakin bahwa lebih cepat, kedua fasilitas ini akan tersedia bagi kami,” lanjut Kohana.
Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka
Pada Rabu (13/4/2022), Menteri Keuangan Sri Lanka Ali Sabry bertemu dengan Duta Besar China untuk Sri Lanka Qi Zhenhong untuk membahas situasi ekonomi negara.
Kedutaan China di Colombo mengetwit, Qi mengatakan bahwa Beijing akan selalu mendukung Sri Lanka di masa-masa sulit.
SCMP melaporkan, meski Sri Lanka telah meminta bantuan dari China, sejauh ini Beijing belum mengindikasikan akan memberikan bantuan keuangan.
Ganeshan Wignaraja, seorang akademisi di National University of Singapore, mengatakan bahwa Beijing kemungkinan akan enggan untuk turun tangan.
“China tidak ingin kehilangan uang. Jika China memberi Sri Lanka bailout khusus, negara-negara lain di Belt and Road Initiative yang berada dalam kesulitan yang sama akan meminta jenis bantuan yang sama,” tutur Wignaraja.
Baca juga: China Disebut jadi Pemicu Krisis Ekonomi Sri Lanka, Benarkah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.