Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergerakan Rusia untuk Mengusai Donbass Disebut Berjalan Lambat

Kompas.com - 30/04/2022, 10:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang pejabat Pentagon mengatakan, kampanye Rusia untuk menguasai wilayah Donbass di Ukraina timur bergerak lambat dan terlambat dari jadwal yang sudah ditetapkan.

Menurut pejabat itu, perlawanan keras dari pasukan Ukraina dan kehati-hatian setelah kegagalan Rusia untuk merebut Kyiv telah menyebabkan kemajuan yang lambat dan tidak merata di Donbass.

"Kami percaya bahwa pada dasarnya apa yang mereka lakukan adalah terus menetapkan kondisi untuk serangan yang berkelanjutan dan lebih besar dan lebih lama," kata pejabat itu, dilansir dari AFP.

Baca juga: Rusia: Fase Pertama Operasi Militer di Ukraina Tuntas, Giliran Fokus Bebaskan Donbass

Itu termasuk pendekatan "doktrinal" dengan meluncurkan serangan udara dan kemudian serangan artileri di posisi Ukraina, dan baru kemudian mencoba untuk bergerak maju di darat.

Tetapi, pejabat Pentagon tersebut melihat, serangan-serangan itu tidak sesukses yang diharapkan Rusia dalam mendorong Ukraina kembali, yang menyebabkan kemajuan yang lamban di lapangan.

"Selain itu, mereka masih sedikit waspada untuk keluar dari jalur pasokan mereka. Mereka tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti yang mereka buat di Kyiv," kata pejabat itu.

"Akibatnya, kami percaya bahwa mereka terlambat dari jadwal dan apa yang mereka coba capai di Donbass," ungkap pejabat itu.

Pejabat itu mengatakan bahwa Pentagon percaya bahwa Rusia setidaknya beberapa hari tertinggal dari apa yang mereka inginkan.

Baca juga: Kini Jadi Pusat Serangan Rusia, Mengapa Donbass di Ukraina Begitu Penting bagi Putin?

Rusia diyakini berusaha membentuk penjepit di medan perang yang dapat ditutup dan mengepung pasukan Ukraina yang bertempur di garis depan.

Dalam tujuan jangka pendek, menurut para analis medan perang, Rusia bertujuan untuk merebut wilayah di sebelah timur garis imajiner antara Kharkiv dan Donetsk.

Pentagon menyebut, Rusia memiliki 92 batalion kelompok taktis di timur dan selatan Ukraina sekarang, dengan lebih banyak lagi yang siap di sisi perbatasan Rusia.

"Tetapi batalion kelompok taktis itu belum tentu berkekuatan penuh setelah mengalami kemunduran signifikan dalam minggu-minggu pertama perang yang telah berlangsung selama dua bulan," kata pejabat Pentagon.

Sekutu AS dan Eropa mengerahkan artileri berat ke Ukraina untuk membantu pertahanan, tetapi mengingat logistik sejumlah howitzer yang bergerak dan kebutuhan akan pelatihan pasukan Ukraina untuk mengoperasikannya, sebagian besar peralatan baru belum berada di depan dan terlibat dalam pertarungan.

"Mereka akan mendapatkan lebih banyak artileri Amerika dan pelatih untuk digunakan dalam pertahanan mereka. Jadi ini bisa menjadi sedikit baku tembak," kata pejabat itu.

Baca juga: Rusia Konfirmasi Ingin Rebut Donbass dan Ukraina Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com