Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Pertama Kalinya, Jerman Kirim Persenjataan Berat ke Ukraina

Kompas.com - 27/04/2022, 20:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

BERLIN, KOMPAS.com - Jerman mengumumkan pengiriman pertama senjata berat ke Ukraina untuk membantunya menangkis serangan Rusia, setelah berminggu-minggu tekanan di dalam dan luar negeri untuk melakukannya di tengah kebingungan atas sikapnya.

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan pada Selasa (26/4/2022) bahwa pemerintah, yang juga berlomba mengurangi ketergantungannya pada energi impor Rusia, telah menyetujui pengiriman tank Gepard yang dilengkapi dengan senjata anti-pesawat.

Baca juga: Ukraina Terus Serap Senjata dan Pelatihan Militer Barat, Putin Gagal Raih Tujuan Perangnya?

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dia menyambut baik keputusan Jerman untuk mengirim tank.

“Sistem itu akan memberikan kemampuan nyata bagi Ukraina,” katanya setelah pembicaraan dengan Lambrecht dan puluhan rekan mereka di Pangkalan Udara Ramstein AS di Jerman barat.

Kritikus, termasuk duta besar Ukraina untuk Jerman, menuduh Berlin menahan langkahnya untuk memberikan senjata berat ke Ukraina dan untuk langkah-langkah lainnya yang dapat membantu Kyiv mengusir pasukan Rusia, seperti embargo impor energi Rusia.

Mereka mengatakan Berlin tidak menunjukkan kepemimpinan yang diharapkan dari negara dengan kekuatan besar.

Keragu-raguan Jerman – di tengah kekhawatiran tentang efek ekonomi di Jerman dari pembatasan pasokan gas Rusia – juga dinila telah menelan korban jiwa Ukraina.

Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina Akan Terasa sampai Tingkat Rumah Tangga, Harga Komoditas Dunia Melonjak Besar-besaran

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah membalas tuduhan itu dengan mengatakan bahwa angkatan bersenjata Bundeswehr, sudah mencapai batas dari apa yang dapat mereka berikan, sementara persenjataan yang dapat disediakan oleh industri kekurangan amunisi dan perlu ditingkatkan.

Diskusi tentang peran Jerman

Scholz adalah seorang Sosial Demokrat yang partainya telah lama memperjuangkan pemulihan hubungan dengan Rusia setelah Perang Dunia II.

Pemimpin baru Jerman ini juga memperingatkan risiko Moskwa menganggap Jerman sebagai pihak dalam konflik, yang dapat mengarah pada “perang dunia ketiga” dalam pengambilan keputusannya.

Namun, bahkan anggota dari dua mitra junior dalam koalisi pemerintahannya, Partai Hijau dan Demokrat Bebas, mempertanyakan alasan ini. Mereka mengatakan Jerman perlu berbuat lebih banyak.

Permintaan Ukraina untuk senjata berat telah meningkat sejak Moskwa mengalihkan serangan ofensif ke wilayah timur Donbas, yang dianggap lebih cocok untuk pertempuran tank daripada daerah di sekitar ibu kota Kyiv di mana sebagian besar pertempuran sebelumnya terjadi.

Baca juga: Rusia Setop Gas ke Polandia dan Bulgaria, Ukraina: Moskwa Peras Eropa

Pengumuman pengiriman Gepard datang setelah laporan pada Senin (25/5/2022) bahwa perusahaan pertahanan Rheinmetall telah meminta persetujuan pemerintah untuk pengiriman 100 kendaraan tempur infanteri tua Marder dan 88 tank Leopard 1A5 tua ke Ukraina.

Moskwa menggambarkan tindakannya di Ukraina, yang sekarang memasuki bulan ketiga, sebagai "operasi militer khusus" yang bertujuan untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya dan membasmi apa yang disebutnya nasionalis berbahaya.

Ukraina dan pendukung Baratnya menyebut ini sebagai dalih palsu untuk perang tak beralasan untuk merebut wilayah.

Pasukan Ukraina telah meningkatkan perlawanan keras, dan Barat memberlakukan sanksi ekonomi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya untuk memaksanya menarik pasukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com