Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Perang Rusia-Ukraina Akan Terasa sampai Tingkat Rumah Tangga, Harga Komoditas Dunia Melonjak Besar-besaran

Kompas.com - 27/04/2022, 14:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

 

JENEWA, KOMPAS.com - Perang di Ukraina akan menyebabkan lonjakan besar-besaran harga komoditas. Hal ini merupakan yang terbesar sejak tahun 1970-an, Bank Dunia memperingatkan.

Dalam perkiraan terbaru, dikatakan gangguan yang disebabkan oleh konflik akan berkontribusi pada kenaikan harga yang sangat besar untuk barang-barang mulai dari gas alam hingga gandum dan kapas.

"Kenaikan harga mulai memiliki dampak ekonomi dan kemanusiaan yang sangat besar", kata Peter Nagle, salah satu penulis laporan tersebut, kepada BBC yang dilansir pada Selasa (26/4/2022).

Baca juga: Takut Drone Buatannya Digunakan Perang, DJI Setop Bisnisnya di Rusia dan Ukraina

Dia mengatakan, rumah tangga di seluruh dunia merasakan biaya hidup dalam masa krisis.

"Kami sangat khawatir tentang rumah tangga termiskin karena mereka menghabiskan bagian pendapatan yang lebih besar untuk makanan dan energi, sehingga mereka sangat rentan terhadap lonjakan harga ini," tambah ekonom senior di Bank Dunia.

Harga energi akan meningkat lebih dari 50 persen, mendorong lonjakan pada tagihan rumah tangga dan bisnis, kata Bank Dunia.

Kenaikan terbesar akan terjadi pada harga gas alam di Eropa, yang diperkirakan lebih dari dua kali lipat biayanya.

Harga diperkirakan akan turun tahun depan dan pada 2024, tetapi bahkan saat itu akan tetap 15 persen lebih tinggi dari tahun lalu.

Bank Dunia mengatakan, kondisi ini berarti harga terendah April 2020 hingga tertinggi Maret tahun ini dunia telah melihat "peningkatan 23 bulan terbesar dalam harga energi sejak kenaikan harga minyak tahun 1973", ketika ketegangan di Timur Tengah membuat harga melonjak.

Baca juga: Daftar Negara yang Membeli Minyak Rusia, Konsumen Terbesar Ada di Asia

Demikian pula harga minyak diperkirakan akan tetap tinggi hingga 2024 dengan ukuran patokan, Brent Crude, diproyeksikan rata-rata 100 dollar AS tahun ini, sesuatu yang akan menyebabkan inflasi yang meluas.

Rusia memproduksi sekitar 11 persen dari minyak dunia, bagian terbesar ketiga. Tetapi, laporan itu mengatakan, gangguan akibat perang diperkirakan akan memiliki efek negatif yang bertahan lama, karena sanksi berarti bahwa perusahaan asing pergi dan akses ke teknologi berkurang.

Rusia saat ini menyediakan 40 persen gas Uni Eropa dan 27 persen minyaknya. Namun, pemerintah Eropa bergerak untuk beralih dari pasokan Rusia. Itu telah membantu mendorong harga global dengan menciptakan lebih banyak permintaan untuk pasokan dari tempat lain.

Komoditas dengan rekor lonjakan harga tertinggi

Prospek komoditas Bank Dunia juga memperingatkan banyak makanan akan mengalami kenaikan tajam dalam biayanya.

Indeks harga pangan PBB sudah menunjukkan bahwa mereka berada di level tertinggi sejak pencatatan dimulai 60 tahun lalu.

Gandum diperkirakan meningkat 42,7 persen dan mencapai rekor tertinggi baru dalam dollar.

Baca juga: Dampak Perang Rusia Ukraina bagi Indonesia, Harga Mi Instan dan Bunga Kredit Bisa Naik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com