Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikepung Rusia, Pejuang dan Warga Sipil Mariupol Terluka dan Mati di Dalam Bungker

Kompas.com - 22/04/2022, 12:06 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Salah seorang pejuang terakhir di Mariupol berkata kepada BBC bahwa pabrik baja tempat mereka bersembunyi yang sedang dikepung pasukan Rusia sebagian besar telah hancur dan banyak warga sipil terjebak di bawah bangunan yang runtuh.

Berbicara dari pabrik Azovstal -tempat terakhir di Mariupol yang belum dikuasai Rusia-, Svyatoslav Palamar dari resimen Azov yang kontroversial itu mengatakan prajurit Ukraina telah memukul mundur gelombang-gelombang serangan Rusia.

"Saya selalu bilang bahwa selama kami di sini, Mariupol masih di bawah kendali Ukraina," katanya.

Baca juga: Putin Klaim Pasukan Rusia Berhasil Taklukkan Mariupol

Sebelumnya Presiden Vladimir Putin membatalkan rencana Rusia untuk menyerang pabrik baja tersebut -sebuah labirin yang terdiri dari banyak terowongan dan bengkel- dan alih-alih memerintahkan pasukannya untuk memblokirnya.

"Tutup kawasan industri ini supaya lalat pun tidak bisa lewat," kata Putin.

Sebagian besar Kota Mariupol hancur setelahl berminggu-minggu dibombardir Rusia dan pertempuran yang intens di jalanan. Menguasai kota pelabuhan di pesisir Laut Azov itu adalah salah satu tujuan utama Rusia dan akan memungkinkan lebih banyak pasukan mereka untuk bergabung dengan serangan di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur.

Kapten Palamar mengatakan Rusia menembaki pabrik baja dari kapal perang dan menjatuhkan bom "penghancur-bungker" di atasnya.

BBC belum dapat memverifikasi kesaksian Kapten Palamar itu. Tetapi sejalan dengan kesaksian awal pekan ini dari seorang komandan marinir Ukraina yang juga berada di pabrik baja, yang mengatakan pasukan mereka kalah jumlah dan kehabisan persediaan.

Baca juga: Putin Batalkan Rencana Serang Pabrik Azovstal di Mariupol: Kepung Saja

"Semua bangunan di wilayah Azovstal praktis hancur. Mereka menjatuhkan bom berat, bom penghancur bungker yang menyebabkan kehancuran besar. Kami terluka dan mati di dalam bungker. Beberapa warga sipil masih terjebak di bawah bangunan yang runtuh," kata Kapten Palamar.

Resimen Azov awalnya adalah kelompok neo-Nazi sayap kanan yang kemudian digabungkan ke dalam Garda Nasional Ukraina.

Para kombatannya bersama dengan brigade Marinir, penjaga perbatasan, dan polisi adalah pejuang Ukraina terakhir yang tersisa di Mariupol.

Ketika ditanya berapa banyak pembela Ukraina yang tersisa di Mariupol, Kapten Palamar menjawab hanya cukup untuk mengusir serangan.

Dia mengatakan bahwa warga sipil berada di lokasi terpisah yang jauh dari posisi kelompok pejuang. Mereka berada di ruang bawah tanah yang masing-masing berisi 80-100 orang tetapi tidak jelas berapa banyak warga sipil yang ada secara total karena beberapa bangunan telah hancur dan pejuang tidak dapat mencapai mereka karena penembakan.

Deputi komandan resimen Azov Svyatoslav Palamar di Ukraina.BBC News Indonesia Deputi komandan resimen Azov Svyatoslav Palamar di Ukraina.

Menurut dia, pintu masuk ke beberapa bungker diblokir oleh lempengan beton berat yang hanya bisa digerakkan oleh alat berat.

"Kami tetap berhubungan dengan warga sipil yang tinggal di tempat-tempat yang bisa kami dapatkan. Kami tahu bahwa ada anak-anak kecil di sana semuda tiga bulan," ungkapnya.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Permohonan Putus Asa dari Mariupol | Jutawan Ukraina Minta Rumahnya Dibom

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com