Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tur William dan Kate di Karibia Diwarnai Protes, Kerajaan Inggris Didesak Minta Maaf dan Ganti Rugi

Kompas.com - 24/03/2022, 14:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Pangeran William dan Kate, melanjutkan tur kerajaan Inggris di Karibia di Jamaika pada Rabu (23/3/2022), meski kedatangannya disambut protes agar monarki meminta maaf dan membayar reparasi untuk peran historisnya dalam perdagangan budak.

Pangeran William dan Kate, Duke dan Duchess of Cambridge dari Inggris, melakukan tur selama seminggu di wilayah tersebut.

Baca juga: Ukraina Akan Dapat 6.000 Rudal dari Inggris dan 2.000 Senjata Anti-tank dari Jerman

Keduanya mengunjungi Belize, Jamaika dan Bahama, untuk serangkaian pertemuan untuk merayakan tahun ulang tahun platinum Ratu Elizabeth, menandai 70 tahun bertakhta.

Namun, protes mulai membayangi perjalanan itu setelah sekelompok kecil demonstran berkumpul di luar Komisi Tinggi Inggris di ibukota Jamaika Kingston pada Selasa (22/3/2022), untuk menuntut permintaan maaf dari Inggris.

Beberapa meneriakkan "Permintaan maaf sekarang, ganti rugi sekarang". Sementara yang lain membawa poster dan plakat bertuliskan "Mohon Maaf" dan "Ayo lakukan segera. Ayo singkirkan aturan Ratu."

Sebelumnya sebuah agenda kerajaan pada Sabtu (19/3/2022) di Belize juga dibatalkan, di tengah penentangan yang dilaporkan dari penduduk setempat.

Hubungan Inggris dan Jamaika telah terjalin selama berabad-abad. Pulau ini direbut oleh Inggris pada 1655, dan tetap di bawah kekuasaannya sampai memperoleh kemerdekaan pada 1962.

Meski begitu, Jamaika tetap menjadi wilayah Persemakmuran dengan Ratu sebagai kepala negara. Mayoritas orang Jamaika adalah keturunan Afrika dan merupakan keturunan budak yang diperdagangkan ke negara itu oleh penjajah Eropa.

Baca juga: Ditentang Warga Desa, Kunjungan Pangeran William ke Belize Batal

William dan Kate diperkirakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Jamaika sebelum mengunjungi sekolah, rumah sakit, dan proyek yang membantu para pemuda berisiko, menjelang makan malam yang diselenggarakan oleh Gubernur Jenderal Jamaika di mana William akan memberikan pidato.

Massa protes menuntut permintaan maaf dan ganti rugi perbudakan saat kunjungan Duke dan Duchess of Cambridge, Pangeran William dan Kate ke bekas jajahan Inggris itu, di Kingston, Jamaika, Selasa, 22 Maret 2022. AP PHOTO/COLLIN REID Massa protes menuntut permintaan maaf dan ganti rugi perbudakan saat kunjungan Duke dan Duchess of Cambridge, Pangeran William dan Kate ke bekas jajahan Inggris itu, di Kingston, Jamaika, Selasa, 22 Maret 2022.

Transisi ke republik

Jamaika akan merayakan 60 tahun kemerdekaan dari Inggris pada Agustus tahun ini. Tetapi sejumlah pihak di negara itu berharap memanfaatkannya sebagai momen transisi ke republik.

Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness mengatakan kepada William dan Kate pada Rabu (23/3/2022) bahwa Jamaika "bergerak" dan akan mencapai "ambisi sejati" untuk menjadi "mandiri."

"Jamaika adalah seperti yang Anda lihat, sebuah negara yang sangat bangga dengan sejarahnya, sangat bangga dengan apa yang telah kami capai dan kami terus maju, dan kami bermaksud mencapainya dalam waktu singkat dan memenuhi ambisi kami yang sebenarnya sebagai negara yang merdeka, maju, makmur," kata Holness.

"Ada masalah di sini yang, seperti yang Anda ketahui, belum terselesaikan. Tetapi kehadiran Anda memberi peluang bagi masalah itu untuk ditempatkan dalam konteks, didahulukan dan dikhususkan, dan ditangani sebaik mungkin," tambah perdana menteri.

Baca juga: 8 Kerajaan Terbesar dalam Sejarah Dunia, Wilayah Kekuasaannya Membentang Lintas Benua

Debat republik

Pada protes pada Selasa (22/3/2022), aktivis hak asasi manusia Kay Osborne mengatakan kepada Reuters: "Merupakan penghinaan menggunakan orang-orang muda ini (Duke dan Duchess of Cambridge) untuk berada di sini mencoba membujuk kami mempertahankan status quo, ketika kami tujuannya adalah untuk melonggarkan dan ‘melepaskan tangan Ratu dari sekitar leher kita’ sehingga kita bisa bernapas."

Sementara itu, mantan senator Jamaika Imani Duncan-Price mengaku berpartisipasi dalam protes, "karena kami memulai kemerdekaan kami dalam ekonomi lemah, setelah dijarah oleh monarki; yang hari ini hidup dari keuntungan kekayaan itu."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com