Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Dollar dan Aliran Produk Barat, Seperti Apa Kehidupan Era Soviet Dibanding Rusia Sekarang?

Kompas.com - 13/03/2022, 18:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

KOMPAS.com - Sejak serangan Rusia ke Ukraina, kehidupan warga dalam "Negara Beruang Putih" sendiri juga berubah dramatis.

Perbatasan ditutup, nilai mata uang rubel melemah, harga-harga melonjak tinggi.

Perusahaan-perusahaan Barat tutup dan berbondong-bondong pergi, memutus layanan mereka terhadap klien dari Rusia.

Baca juga: Perang Rusia Vs Ukraina, Premi War Risk dan Krisis Kontainer Jilid III

Boeing dan Airbus, Apple dan Nokia, IKEA dan ExxonMobil, BMW dan Ford, serta ratusan perusahaan lain telah mengumumkan akan meninggalkan Rusia.

SWIFT telah memutus akses bank-bank besar Rusia. Visa dan Mastercard selanjutnya menghentikan layanan mereka ke kartu kredit milik orang-orang Rusia.

McDonald's, simbol ikonik perubahan kapitalis di Rusia, lalu ikut mengumumkan penutupan gerainya di seluruh negeri.

Banyak hal yang muncul di Rusia selama 30 tahun terakhir sejak runtuhnya Uni Soviet, tiba-tiba menghilang dalam semalam. Bagaimana perbandingan kehidupan di Rusia sekarang yang terisolasi sanksi dengan masa Uni Soviet yang sangat tertutup?  

Baca juga: Warga Inggris Dibayar Rp 6,5 Juta Per Bulan Jika Mau Tampung Pengungsi Ukraina

Mata uang asing

Kembali ke masa Uni Soviet

Pertukaran mata uang asing secara bebas dilarang di Uni Soviet. Mereka yang ketahuan menukar uang secara ilegal terancam hukuman penjara dan bahkan hukuman mati.

Nilai tukar resmi sangat kecil (64 kopek per 1 dollar), sedangkan di pasar gelap dollar lebih berharga.

Satu-satunya orang yang diizinkan untuk menerima sejumlah kecil mata uang asing adalah artis yang sedang melakukan tur, dan mereka yang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.

Itu pun mereka harus mengembalikan uang yang tersisa saat mereka kembali. Alhasil sebelum pulang warga soviet biasanya menghabiskan semua mata uang asing yang mereka miliki.

Mata uang rubel tidak memiliki nilai di luar negeri.

TASS via BBC INDONESIA Mata uang rubel tidak memiliki nilai di luar negeri.

Baca juga: Rusia Marah dengan Singapura atas Sanksi Invasi ke Ukraina

Dan di Rusia sekarang

Pada Rabu (9/3/2022) malam Bank Rusia mengumumkan pembatasan transaksi tunai mata uang asing. Membeli mata uang apa pun di Rusia sekarang akan menjadi ilegal. Bank Sentral mengonfirmasi orang-orang Rusia sekarang tidak dapat membeli mata uang asing, bahkan untuk perjalanan ke luar negeri.

Satu-satunya cara Anda bisa mendapatkannya adalah dengan kartu bank "Mir" (Dunia) Rusia. Namun, hanya beberapa negara yang menerima Mir, yaitu Turki, Vietnam, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirghizia, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Pelanggan yang memiliki rekening mata uang asing dapat mengambil maksimum 10,000 dollar AS (Rp143 juta) secara tunai. Sisanya hanya boleh dalam rubel. Mereka tidak dapat mengambil Euro sama sekali.

Warga negara Rusia dapat membuka rekening mata uang asing baru dan melakukan setoran, tetapi mereka hanya akan diizinkan untuk mengambil uang mereka dalam rubel. Bank Sentral mengatakan tindakan sementara ini akan berlaku hingga 9 September.

Baca juga: Rusia Vs Ukraina dan Hegemoni Barat yang Hampir Berakhir

Kebebasan mobilitas

Kembali ke masa Uni Soviet

Seorang warga Soviet harus memiliki catatan bersih supaya bisa pergi ke luar negeri. Anda harus mengumpulkan sejumlah besar izin dan referensi. Semua calon pelaku perjalanan diperiksa secara menyeluruh oleh KGB.

Selain diplomat dan perwira intelijen, paspor asing yang berharga diberikan kepada pelaut, olahragawan, artis, dan orang-orang yang melakukan perjalanan paket wisata ke negara-negara sosialis.

Bagi sebagian besar warga Soviet, pergi luar negeri juga tidak terjangkau.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com