WARSAWA, KOMPAS.com – Uni Eropa harus siap menghadapi peningkatan jumlah migran yang mencoba memasuki blok tersebut.
Peringatan itu disamaikan Direktur Frontex Fabrice Leggeri pada Jumat (12/11/2021). Frontex merupakan badan yang menangani urusan perbatasan Uni Eropa.
Leggeri menambahkan, kedatangan migran dari Timur Tengah melalui Belarus akan berlanjut untuk waktu yang lama.
Baca juga: Buntut Krisis Migran Belarus-Polandia, Turki Batasi Penerbangan ke Minsk
Uni Eropa menuduh Minsk menciptakan krisis migran sebagai bagian dari "serangan hibrida" di blok itu sebagaimana dulansir Reuters.
Minsk dituding mendistribusikan visa Belarus di Timur Tengah, menerbangkan para migran, lalu mendorong mereka untuk menyeberangi perbatasan secara ilegal.
“Dari analisis risiko, kami dapat melihat bahwa semua faktor yang memicu krisis ini masih ada dan tidak berkurang. Kami harus siap menghadapi situasi ini untuk waktu yang lama,” kata Leggeri kepada Reuters.
Penjaga Perbatasan Polandia melaporkan, lebih dari 17.000 upaya ilegal untuk melintasi perbatasan negara tersebut dilakukan pada Oktober.
Baca juga: 3 Migran Dipukuli dan Dirampok Rp 107 Juta di Perbatasan Polandia-Belarus
Upaya itu lebih dari dua kali lipat dari jumlah upaya pada September. Selain itu, hingga kini ribuan migran masih berkemah di dekat perbatasan Belarus-Polandia.
Sampai saat ini, Polandia telah menolak dukungan tambahan dalam bentuk penjaga perbatasan dari Frontex.
Polandia beralasan, mereka memiliki kekuatan perbatasan yang cukup besar untuk menahan para migran.
Namun, Pemerintah Polandia telah menghadapi kritik karena tidak mengizinkan Frontex membantu menangani krisis migran.
Baca juga: Krisis Migran di Perbatasan Polandia-Belarus, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
Leggeri berujar, meskipun Frontex belum mengirim orangnya di lapangan untuk mendukung Polandia, badan tersebut sedang mendiskusikan berbagi citra satelit tambahan dengan negara tersebut.
Dia juga berencana membantu Polandia mengembalikan migran ke negara asal mereka, seperti Irak.
Leggeri menggarisbawahi bahwa krisis di perbatasan itu bersifat geopolitik dan Frontex adalah agen operasional.
Dia menambahkan, keputusan politik diperlukan untuk mencari tahu dukungan apa yang mungkin dibutuhkan negara-negara seperti Polandia.
Baca juga: Perbatasan Polandia-Belarus Memanas akibat Arus Ribuan Migran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.