KABUL, KOMPAS.com - Ratusan warga Afghanistan berbondong-bondong ke kantor paspor di Kabul, sehari setelah pengumuman layanan akan kembali dibuka untuk mengeluarkan dokumen perjalanan.
Tentara Taliban memukul mundur beberapa di antara kerumunan dalam upaya untuk menjaga ketertiban pada Rabu (6/10/2021).
Padahal para pejabat Taliban mengatakan layanan itu akan dilanjutkan pada Sabtu (9/10/2021).
Baca juga: Taliban Berhenti Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan
Layanan kantor paspor setelah ditangguhkan sejak pengambilalihan kelompok bersenjata, dan jatuhnya pemerintah Ashraf Ghani pada Agustus, yang membuat banyak warga Afghanistan putus asa untuk melarikan diri dari negara itu.
“Saya datang untuk mengambil paspor, tetapi seperti yang Anda lihat di sini, ada banyak masalah, sistemnya tidak berfungsi,” kata salah satu pemohon, Mahir Rasooli melansir Al Jazeera pada Rabu (6/10/2021).
“Tidak ada pejabat yang menjawab pertanyaan kami di sini untuk memberi tahu kami kapan harus datang. Orang-orang bingung.”
Baca juga: Taliban Berhenti Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan
Kemiskinan dan kelaparan memburuk sejak Taliban mengambil alih Afghanistan, yang sudah menderita kekeringan dan pandemi Covid-19.
Setengah juta orang telah mengungsi dalam beberapa bulan terakhir, menurut PBB. Jumlah itu diperkirakan akan bertambah jika layanan kesehatan, sekolah, dan ekonomi rusak.
Ratusan orang tetap mendatangi kantor paspor meskipun ada kabar bahwa distribusi paspor akan dimulai pada Sabtu (9/10/2021), dan awalnya hanya untuk mereka yang sudah mengajukan.
Kerumunan menekan penghalang beton besar, mencoba menyerahkan dokumen kepada seorang pejabat yang berdiri di atasnya, dalam sebuah adegan yang mengingatkan pada kekacauan di bandara Kabul pada tahap terakhir evakuasi setelah penarikan pasukan AS.
Pejabat itu mendesak mereka untuk kembali pada Sabtu (7/10/2021).
Baca juga: Cerita Penduduk Gua Lembah Bamiyan Afghanistan yang Diliputi Kemiskinan dan Kelaparan
“Saya ke sini untuk menerima paspor, tapi sayangnya saya tidak bisa,” kata Ahmad Shakib Sidiqi. "Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan dalam kondisi ini."
Menurut Sidiqi dan Rasooli, prospek ekonomi yang suram mendorong keinginan mereka untuk pergi.
“Tidak ada pekerjaan dan situasi ekonomi tidak terlalu baik, jadi saya ingin memiliki masa depan yang baik untuk anak-anak saya,” kata Rasooli.
Sidiqi mengatakan dia menginginkan paspor untuk menemani anggota keluarganya ke negara tetangga Pakistan untuk mencari perawatan medis. Tetapi dia menambahkan mereka tidak punya pilihan selain pergi.
“Kita harus meninggalkan Afghanistan. Ini adalah situasi yang buruk di Afghanistan – tidak ada pekerjaan, tidak ada pekerjaan. Ini bukan kondisi yang baik bagi kita untuk bisa hidup,” ujarnya.
Baca juga: Evakuasi Udara Terbesar Sejak AS Keluar dari Afghanistan Berhasil, Angkut Banyak Musisi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.