KABUL, KOMPAS.com - Kelompok ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom bunuh diri di luar Bandara Kabul yang menewaskan sedikitnya 60 orang, termasuk 13 tentara Amerika Serikat, pada Kamis (26/8/2021).
ISIS-K atau lebih tepatnya ISIS Provinsi Khorasan (ISKP) merupakan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Afghanistan dan Pakistan.
Mereka adalah kelompok yang paling ekstrem dan paling kejam dibandingkan semua milisi di Afghanistan.
Baca juga: Disebut Biden Sebagai Musuh Besar Taliban, Apa Itu ISIS-K?
ISIS-K didirikan pada Januari 2015. Itu adalah masa puncak kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah, sebelum kekhalifahan yang dideklarasikan sepihak tersebut ditumbangkan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.
ISIS-K merekrut anggota dari Afghanistan dan Pakistan, terutama mereka yang membelot dari Taliban Afghanistan karena tidak menganggap organisasi mereka cukup ekstrem.
ISIS-K dituduh bertanggung jawab atas sejumlah serangan kejam terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Serangan itu menargetkan sekolah perempuan, rumah sakit, bahkan bangsal bersalin. Mereka dilaporkan menembak mati perempuan hamil dan perawat.
Berbeda dengan Taliban yang kepentingannya terbatas pada Afghanistan, ISIS-K adalah bagian dari jaringan ISIS global. ISIS K berupaya menyerang negara Barat, entitas internasional, dan kelompok kemanusiaan di mana pun mereka dapat menjangkau mereka.
ISIS K berbasis di provinsi timur Nangarhar, di dekat rute penyelundupan narkotik dan manusia dari dan keluar Pakistan.
Pada puncaknya, kelompok itu memiliki anggota sekitar 3.000 orang. Namun pasukan mereka berkurang signifikan dalam bentrokan dengan pasukan keamanan AS dan Afghanistan, termasuk dalam konflik dengan Taliban.
Baca juga: Apa Ancaman dari ISIS-K di Balik Bom Bunuh Diri di Luar Bandara Kabul?
Secara garis besar ya, melalui pihak ketiga, jaringan Khalil Haqqani.
Menurut para peneliti, ada hubungan kuat antara ISIS-K dan jaringan Haqqani, yang pada gilirannya terkait erat dengan Taliban.
Khalil Haqqani saat ini adalah pimpinan Taliban yang sekarang bertanggung jawab atas keamanan di Kabul.
Dia sempat menjadi buron pasukan koalisi AS. Setiap orang yang menginformasikan keberadaannya, dulu ditawari imbalan sebesar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp 72 miliar.
Sajjan Gohel dari Asia Pacific Foundation sudah memantau jaringan milisi di Afghanistan selama bertahun-tahun.
Dia berkata, "beberapa serangan besar antara tahun 2019 dan 2021 melibatkan kolaborasi antara ISIS-K, jaringan Haqqani dan kelompok teror lainnya yang berbasis di Pakistan."
Baca juga: ISIS-K dan Taliban, Apa Hubungan Mereka Sebenarnya?
Ketika Taliban mengambil alih Kabul pada 15 Agustus lalu, kelompok itu membebaskan sejumlah besar tahanan dari penjara Pul-e-Charki, diduga termasuk sejumlah milisi ISIS dan Al Qaeda. Mereka sekarang berstatus buron.
Namun ISIS-K memiliki perbedaan besar dengan Taliban. Mereka menuduh Taliban meninggalkan Jihad dan medan perang demi negosiasi perdamaian dengan AS, yang dalam istilah mereka, dilakukan di "hotel mewah" di Doha, Qatar.
Milisi ISIS saat ini menjadi tantangan keamanan utama bagi Taliban dan juga badan-badan intelijen negara Barat.
Baca juga: ISIS-K Dalang di Balik Bom Bunuh Diri Kabul Afghanistan, Joe Biden Bersumpah Memburu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.