Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom Afghanistan Terbaru, Mimpi Buruk yang Jadi Kenyataan

Kompas.com - 27/08/2021, 06:58 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Bom bunuh diri mengguncang Kabul, Afghanistan, menewaskan sedikitnya 12 tentara AS dan 60 warga sipil.

Ledakan ganda yang terjadi pada Kamis (26/8/2021) tersebut terjadi saat negara-negara Barat, terutama AS, berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan proses evakuasi.

Presiden AS Joe Biden pada Kamis (26/8/2021) bersumpah akan memburu mereka yang bertanggung jawab atas bom bunuh diri kembar di Kabul.

Baca juga: Bom Bunuh Diri Meledak di Luar Bandara Kabul Afghanistan, 11 Tewas

Biden juga meminta Kementerian Pertahanan AS yang berkantor di Gedung Pentagon untuk mengembangkan rencana serangan balik.

ISIS-K (Khorasan), afiliasi ISIS yang ada di Irak dan Suriah, mengeklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut sebagaimana dilansir Reuters.

Beberapa kritikus menyalahkan evakuasi yang tergesa-gesa dari Kabul saat Biden berkukuh enggan memperpanjang tenggat waktu yang jatuh pada 31 Agustus.

Para pejabat AS mengatakan pada Kamis, sekitar 1.000 warga AS masih tertahan di Afghanistan.

Baca juga: UPDATE Bom Bunuh Diri Kabul Afghanistan: 12 Tentara AS Meninggal, 60 Warga Sipil Tewas

Senator AS dari Partai Republik Ben Sasse mengatakan, para pemimpin militer, intelijen, dan kongres telah memohon kepada Biden untuk melawan Taliban dan mendorong mereka keluar perimeter bandara.

"Ini adalah mimpi buruk yang kami takuti,” kata Sasse.

Senator AS dari Partai Demokrat Bob Menendez menuturkan, keamanan warga AS tidak dapat dipercayakan kepada Taliban.

“Saat kami menunggu rincian lebih lanjut, satu hal yang jelas: Kami tidak dapat memercayai Taliban untuk keamanan warga Amerika,” ujar Menendez.

Biden sendiri telah memperpanjang target penarikan yang ditetapkan oleh mantan Presiden Donald Trump sebelumnya dari Mei menjadi 31 Agustus.

Baca juga: ISIS-K Dalang di Balik Bom Bunuh Diri Kabul Afghanistan, Joe Biden Bersumpah Memburu

Namun, para pejabat Kementerian Pertahanan AS memperingatkan adanya risiko keamanan dari para milisi ISIS yang ada di bandara Kabul.

Oleh karenanya, Biden didesak untuk memperpanjang tenggat waktu penarikan dan proses evakuasi.

Akan tetapi, mantan Wakil Presiden AS di era Barack Obama tersebut berkukuh enggan memperpanjangnya.

Seorang penasihat Biden, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, kematian pasukan AS menggarisbawahi mengapa Biden berkukuh terhadap keputusannya untuk penarikan dan risiko yang mengintai jika keterlibatan Washington diperpanjang di Afghanistan.

Penasihat itu menambahkan, ada risiko lebih lanjut bagi Biden termasuk memburuknya perpecahan internal Partai Demokrat yang telah terjadi.

Baca juga: Bom Kabul Afghanistan Terbaru Diklaim ISIS-K, Ini Kata Mereka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com