Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura, AS, dan Uni Eropa Mulai Fokus Cari Obat Covid-19

Kompas.com - 22/07/2021, 21:29 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Australia dikhawatirkan akan ketinggalan bila tidak segera mengamankan pasokan obat Covid-19 di saat negara lain mulai mengalihkan fokusnya dari vaksinasi ke obat-obatan.

Raksasa farmasi GlaxoSmithKline (GSK), yang telah mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Singapura untuk memasok satu jenis obat yang menjanjikan, menyatakan sikap Pemerintah Australia belum jelas soal pembelian obat dari mereka.

Saat ini hanya ada satu jenis obat yang telah digunakan secara luas untuk pasien Covid-19 di berbagai negara, yaitu steroid yang disebut Dexamethasone, yang mengobati radang paru-paru.

Baca juga: Perkembangan Obat Covid-19, mulai Deksametason hingga Plasma Darah

Namun, obat ini hanya efektif pada pasien yang menderita gejala parah dan menerima bantuan oksigen.

Para pakar kesehatan mengatakan rencana Australia keluar dari pandemi dan memperlakukan Covid-19 sebagai flu biasa, tentunya memerlukan obat-obatan, khususnya untuk mengatasi gejala yang ringan namun lebih menular.

Associate Professor Steven Tong adalah peneliti di Doherty Institute, sekaligus ketua Australasian Covid-19-19 Trial (ASCOT), yang mengevaluasi perawatan pasien Covid-19.

Menurutnya, meskipun proporsi populasi yang telah divaksinasi cukup tinggi, tapi akan selalu ada pasien yang berakhir di rumah sakit.

"Jadi untuk kelompok masyarakat seperti itu, kita sangat membutuhkan obat sehingga bisa mengurangi risiko mereka terkena penyakit yang sangat parah," katanya.

"(Meski vaksinasi telah dilakukan) Ada kebutuhan besar dan mendesak agar kita memiliki perawatan yang lebih baik bagi para pasien Covid-19," kata Dr Steven Tong.

"Jadi saya pikir benar-benar ada kebutuhan besar, kebutuhan mendesak, bagi kita untuk memiliki perawatan yang lebih baik untuk pasien dengan Covid-19."

Menurutnya, meski 80 persen populasi Australia divaksinasi, sebagian besar masih akan rentan terhadap penyakit karena mereka resisten terhadap vaksin atau memilih untuk tak divaksinasi.

Baca juga: Ditahan Setelah Sebut Kotoran Sapi Bukan Obat Covid-19, Aktivis India Akhirnya Dibebaskan

Dr Tong mengatakan ASCOT saat ini fokus pada obat anti-koagulan untuk menghentikan pasien Covid-19 mengalami pembekuan darah.

Dia menyebut kelas obat yang disebut antibodi monoklonal telah berhasil dalam mengobati pasien Covid-19 yang baru saja tertular penyakit dan paling menular.

"Ada bukti yang cukup kuat menurut sejumlah penelitian... untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, jika Anda memilih pasien yang tepat maka (obat-obatan) ini sangat efektif dalam mengurangi risiko masuk ke rumah sakit itu sendiri atau kemudian meninggal," kata Dr Tong.

"Obat ini telah disetujui untuk penggunaan darurat di Amerika Serikat sekarang. Pasien yang didiagnosis Covid-19 sejak dini di komunitas bisa datang ke klinik atau meminta perawat datang ke rumah untuk diberikan infus antibodi ini," jelasnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com