JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, wabah Covid-19 pada tahun ini bisa lebih parah daripada sebelumnya.
Badan kesehatan di bawah PBB itu menyerukan agar skema COVAX, pemberian vaksin ke negara miskin, bisa digenjot.
Dalam konferensi pers, Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti mulai turunnya proses vaksinasi di dunia.
Baca juga: WHO Sebut Varian Covid-19 yang Menyebar di India Sangat Mengkhawatirkan
Tedros menyoroti bagaimana negara kaya hanya fokus pada inokulasi warganya sendiri, dan seakan tak peduli pada negara menengah ke bawah.
"Kita di tengah jalur bahwa pandemi Covid-19 di tahun ini bakal lebih parah daripada sebelumnya," ujar Tedros.
Karena itu, WHO meminta agar negara kaya mempertimbangkan lagi memvaksinasi warganya yang berusia muda.
Vaksin itu, menurut Tedros, sebaiknya didistribusikan ke negara yang lebih membutuhkan melalui skema COVAX.
Badan kesehatan tersebut mengkritik pemerintah yang hanya peduli untuk memberikan vaksin ke 100 persen warganya.
Dilansir Russian Today Jumat (14/5/2021), menurut WHO seharusnya semua negara bekerja sama menangkal virus corona dalam skala global.
Baca juga: Belajar dari Kegagalan Pandemi Covid-19, Ini Rekomendasi Panel WHO Cegah Bencana Berikutnya
Tedros menerangkan, dia memaklumi jika negara tersebut mengedepankan pendekatan mengentaskan urusan domestik mereka.
Tetapi dalam pandangannya, pemerintah negara kaya juga harus memperhatikan negara dengan pendepatan menengah ke bawah.
Sebab, seperti dijelaskan Tedros, mereka bahkan tidak punya cukup vaksin untuk melindungi tenaga kesehatan.
Skema COVAX ini didirikan oleh WHO, Komisi Eropa, dan Perancis dalam upaya pendistribusian vaksin secara adil ke seluruh dunia.
Baca juga: AS Beri Lampu Hijau untuk Taiwan di WHO, China Kirimkan Ancaman Keras
Sejak dibentuk, skema ini dilaporkan sudah mengirim 59 juta dosis vaksin virus corona ke 122 negara peserta.
Pernyataan Tedros itu terjadi di tengah kekhawatiran varian baru corona, terutama galur India, bisa menyebabkan peningkatan kasus global.
Meski belum ada bukti varian ini kebal terhadap vaksin, pakar kesehatan khawatir varian ini jauh lebih menular dan menghambat upaya vaksinasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.