Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Dokter, Guru dan Dosen Turut Menentang Kudeta Militer Myanmar

Kompas.com - 05/02/2021, 16:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Para guru dan dosen di Myanmar ikut serta dalam kampanye pembangkangan sipil untuk melawan kudeta militer di Myanmar.

Pada Jumat (5/2/2021), beberapa dosen menolak untuk bekerja atau bekerja sama dengan pihak berwenang sebagai bentuk protes terhadap perebutan kekuasaan oleh militer.

Kampanye pembangkangan sipil dimulai di antara para dokter dan tenaga kesehatan setelah militer melakukan kudeta dan mengumumkan keadaan darurat pada Senin (1/2/2021).

Setelah itu, kampanye pembangkangan sipil mulai menyebar ke kalangan pelajar, kelompok pemuda, dan bahkan beberapa pekerja sebagaimana dilansir dari Reuters.

Baca juga: Tangan Kanan Aung San Suu Kyi Ikut Ditahan, Rakyat Terus Menentang Kudeta Militer Myanmar

Dengan mengenakan pita merah dan memegang tanda protes, puluhan dosen dan guru berkumpul di depan gedung kampus Universitas Pendidikan Yangon.

“Kami tidak ingin kudeta militer yang secara tidak sah merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih kami,” kata salah satu dosen, Nwe Thazin Hlaing.

Nwe Thazin Hlaing dikelilingi oleh staf lain yang mengangkat salam tiga jari, yang sekarang digunakan oleh banyak pengunjuk rasa di Myanmar.

“Kami tidak lagi akan bekerja dengan mereka. Kami ingin kudeta militer gagal,” tambah Nwe Thazin Hlaing.

Baca juga: Tak Satu Suara, Dewan Keamanan PBB Ubah Pernyataan soal Kudeta Myanmar

Salam tiga jari tersebut berasal dari film Hunger Games. Dalam beberapa tahun terakhir, salam tersebut telah diadopsi oleh para pengunjuk rasa yang menentang pemerintahan otoriter di Asia Tenggara.

Salah satu staf memperkirakan 200 dari 246 staf di Universitas Pendidikan Yangon bergabung dalam aksi protes.

“Kami bertujuan untuk menghentikan sistem administrasi. Kami sekarang melakukan aksi mogok damai,” kata dosen lainnya, Honey Lwin.

Ada juga laporan tentang protes serupa di Universitas Dagon di Yangon.

Baca juga: Militer Myanmar Blokir Facebook demi Stabilitas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com