Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pastikan Kudeta Myanmar Gagal, Sekjen PBB Akan Menggalang Tekanan secara Global

Kompas.com - 04/02/2021, 07:44 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

NEW YORK, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres berjanji akan memobilisasi tekanan internasional yang cukup pada militer Myanmar "untuk memastikan bahwa kudeta ini gagal".

Hal itu disampaikan ketika Dewan Keamanan PBB mencoba untuk merundingkan pernyataan tentang krisis tersebut, melansir Reuters pada Rabu (3/2/2021).

Tentara Myanmar menahan Aung San Suu Kyi dan pemimpin negara lainnya pada Senin (1/2/2021).

Hal itu menyusul klaim atas "kecurangan pemilihan" yang dicetuskan pihak militer. Kekuasaan pemerintahan kemudian diberikan kepada Panglima Militer Min Aung Hlaing, dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.

"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memobilisasi semua aktor kunci dan komunitas internasional untuk memberikan tekanan yang cukup pada Myanmar untuk memastikan bahwa kudeta ini gagal," kata Guterres dalam wawancara yang disiarkan oleh The Washington Post pada Rabu (3/2/2021).

"Ini benar-benar tidak dapat diterima setelah pemilu-pemilu yang saya yakini berlangsung norma, dan setelah periode transisi yang besar."

Baca juga: Warga Myanmar Tandai Penolakan Kudeta Militer dengan Pukul Panci hingga Bunyikan Klakson

Pengambilalihan militer memotong transisi panjang Myanmar menuju demokrasi dan mengundang kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya.

Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 anggota sedang merundingkan kemungkinan mengeluarkan pernyataan.

Rancangan awal yang diajukan oleh Inggris mengutuk kudeta tersebut, dan menyerukan kepada militer untuk menghormati supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menuntut segera membebaskan mereka yang ditahan.

Namun, pernyataan semacam itu harus disepakati dengan konsensus. Sementara para diplomat menilai penggunaan kata dalam pernyataan itu mungkin perlu diperhalus untuk mendapatkan dukungan dari China dan Rusia, yang secara tradisional “melindungi” Myanmar di Dewan Keamanan.

Polisi Myanmar telah mengajukan tuntutan terhadap Suu Kyi karena mengimpor peralatan komunikasi secara ilegal, menurut dokumen polisi yang ditinjau pada Rabu (3/2/2021).

"Aung San Suu Kyi - jika kita dapat menuduhnya - adalah karena dia terlalu dekat dengan militer, apakah dia terlalu melindungi militer, yaitu dalam kaitannya dengan apa yang telah terjadi dengan serangan dramatis tentara militer terhadap Rohingya," kata Guterres.

Baca juga: Pengungsi Rohingya Semakin Takut Kembali ke Myanmar Setelah Kudeta

Tindakan keras militer 2017 di Negara Bagian Rakhine Myanmar mengirim lebih dari 700.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Di sana mereka masih terdampar di kamp-kamp pengungsi.

Guterres dan negara-negara Barat menuduh militer Myanmar melakukan pembersihan etnis. Tuduhan ini dibantah militer Myanmar.

Guterres mengatakan, semua yang ditahan oleh militer selama kudeta harus dibebaskan dan ketertiban konstitusional dipulihkan.

"Saya berharap akan memungkinkan untuk membuat militer di Myanmar memahami bahwa ini bukan cara untuk memerintah negara dan ini bukan cara untuk bergerak maju," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com