WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden diperkirakan akan menunjuk Robert Malley sebagai utusan khusus untuk urusan Iran, menurut 2 narasumber kepada Reuters, Kamis (28/1/2021).
Melansir Al Arabiya, Malley sebelumnya bertugas di bidang yang sama pada masa pemerintahan Barack Obama.
Malley, yang namanya muncul pertama kali dalam laporan berita sebagai kandidat utama untuk posisi tersebut langsung menuai kritik dari beberapa anggota parlemen Republik dan pro-Israel.
Baca juga: Dubes Iran untuk Brasil: Sanksi AS adalah Kejahatan Kemanusiaan
Kelompok oposisi mengaku prihatin jika Malley bersikap lunak terhadap Iran dan keras terhadap Israel. Namun, sejumlah veteran kebijakan luar negeri bergegas membelanya.
Jika benar, Malley jelas ditempatkan di garis depan dalam upaya Biden menemukan cara untuk menangani permasalahan AS dengan Iran setelah bertahun-tahun terpuruk di bawah pemerintahan Donald Trump yang keluar dari kesepakatan nuklir internasional 2015.
Mantan presiden AS itu juga memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran yang melumpuhkan negara itu di tengah pergolakan mereka melawan virus corona.
Baca juga: Sepekan Menjabat Presiden AS, Biden Keluarkan 24 Perintah Eksekutif
Mengutip Kompas.com, sejak Revolusi Iran pada 1979, Iran dan Amerika Serikat (AS) terus berseteru.
Hubungan mereka di tahun 2020 juga semakin suram dengan AS melancarkan "serangan" berupa sanksi-sanksi yang kian melemahkan perekonomian "Negara Para Mullah" itu.
Beberapa serangan mematikan AS kepada Iran di antaranya pembunuhan terhadap Jenderal Qasem Soleimani yang terkemuka sampai sanksi-sanksi yang menghalangi Iran mendapatkan pasokan medis.
Baca juga: Biden Cabut Larangan Pendanaan dari AS untuk Konseling Aborsi
"Sanksi AS menghambat penjualan obat-obatan, pasokan medis dan barang kemanusiaan," tulis Zarif, dikutip dari Al Monitor.
Untuk itu, penunjukan Malley merupakan suatu tantangan.
Malley juga dikenal sebagai anggota kunci dari tim mantan Presiden Barack Obama yang merundingkan kesepakatan nuklir dengan Iran dan kekuatan dunia, sebuah perjanjian yang ditinggalkan Trump pada 2018 meskipun mendapat tentangan keras dari sekutu Washington di Eropa.
Baca juga: Beda dengan Trump, Biden Bakal Naikkan Pajak untuk Orang Tajir AS
Dia telah memegang banyak posisi senior di pemerintahan Demokratik Obama dan mantan Presiden Bill Clinton dengan fokus pada pembuatan kebijakan Timur Tengah dan Teluk. Dia juga secara informal menjadi penasihat tim Biden selama kampanye 2020.
Baru-baru ini, dia menjadi presiden International Crisis Group, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada konflik global.
Baca juga: Biden Tunjuk Keturunan Palestina Jadi Pejabat Intelijen AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.