Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlepas dari Isu HAM, Perancis Akan Tetap Jual Senjata ke Mesir

Kompas.com - 08/12/2020, 11:40 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa kekhawatiran atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Mesir tidak akan memengaruhi penjualan senjata Perancis ke negara itu.

Macron berpendapat bahwa Kairo harus mempertahankan kemampuannya dalam memerangi terorisme di wilayah tersebut.

"Saya tidak akan mempersoalkan masalah pertahanan dan kerja sama ekonomi pada ketidaksepakatan ini (mengenai HAM)," kata Macron dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Senin (7/12/2020).

Baca juga: Remaja 18 Tahun yang Jadi Pemenggal Guru Perancis Dikubur di Kampung Halamannya

"Lebih efektif memiliki kebijakan mendorong dialog daripada boikot yang hanya akan mengurangi efektivitas salah satu mitra kita dalam perang melawan terorisme," sambung Macron.

Sejak 2015, Perancis telah menjual sejumlah besar persenjataan ke Mesir, termasuk dua kapal induk helikopter kelas Mistral buatan Perancis dan dua lusin jet tempur canggih Rafale.

Macron sebelumnya telah menyuarakan kekhawatirannya bahwa Mesir mungkin beralih ke saingan negara-negara Barat, yakni China dan Rusia, jika tidak menerima dukungan yang memadai dari Eropa.

Baca juga: Tangkal Ancaman China, AS Bersama Jepang dan Perancis Gelar Latihan Militer

Catatan HAM yang menyedihkan

Komentar Macron itu kemungkinan besar akan mendapat respons sumbang dari kelompok-kelompok HAM.

Sedikitnya 20 kelompok HAM Perancis dan internasional mengeluarkan pernyataan bersama menjelang pertemuan Macron dan El-Sisi yang mengutuk kemitraan strategis Perancis dengan Mesir.

"(Mesir) secara semena-mena menggunakan undang-undang kontra-terorisme untuk menghapus upaya sah penegakan HAM dan menekan semua perbedaan pendapat damai di negara itu," tulis pernyataan itu.

Baca juga: Demo di Perancis Berakhir Bentrok, Massa Bakar Kendaraan dan Hancurkan Teras Toko

Sejak mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2013, El-Sisi telah bertanggung jawab atas tindakan kekerasan besar-besaran, yang menargetkan tidak hanya pendukung Islamis dari pendahulunya yang dipilih secara bebas, Mohamed Morsi, tetapi juga aktivis pro-demokrasi.

Hanya beberapa hari sebelum El-Sisi tiba di Perancis, pihak berwenang Mesir membebaskan tiga staf dari Inisiatif Mesir bagi Hak Pribadi (EIPR).

Ketiganya ditahan pada November setelah pertemuan dengan para diplomat dari negara-negara Barat.

Investigasi sementara tertunda atas tuduhan bahwa mereka termasuk dalam kelompok teroris dan menyebarkan berita palsu.

Baca juga: [Cerita Dunia] Napoleon Bonaparte, Ubah Nasib dari Prajurit menjadi Kaisar Perancis

Terang-terangan soal HAM

Dalam konferensi persnya, Macron menyambut baik pembebasan ketiga staf tersebut.

Dia terang-terangan mengangkat masalah HAM dengan El-Sisi dengan mengatakan seperti yang dilakukan seseorang di antara teman-temannya.

Macron juga berterima kasih atas dukungan El-Sisi kala Parancis menjadi sasaran seruan boikot di sebagian besar dunia Muslim, ketika Macron membela hak kebebasan dalam kasus karikatur yang diterbitkan Charlie Hebdo, bahkan jika mereka menyinggung perasaan umat beragama.

Pernyataannya yang mendukung kebebasan untuk mempublikasikan materi yang berpotensi menimbulkan perdebatan tersebut muncul setelah pembunuhan seorang guru Perancis pada Oktober lalu.

Guru tersebut menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya selama pelajaran tentang kebebasan berekspresi.

Baca juga: Terlibat Kasus Pedofil Terbesar di Perancis, Dokter Bedah Dipenjara 15 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com