PARIS, KOMPAS.com - Para wanita di Perancis menggaungkan protes ketika wanita yang hendak melahirkan 'dipaksa' memakai masker selama proses persalinan.
Memakai masker ketika melakukan persalinan normal membuat para wanita mual dan sulit bernapas. Sayangnya, para dokter mengancam akan meninggalkan mereka seorang diri jika menolak menaati aturan itu.
Seorang wanita hamil bernama Maud (30) menceritakan kisahnya seperti diwartakan Daily Mirror. Dia melahirkan putranya di Nanterre, di bagian barat Paris akhir April lalu.
Karena tidak tahu wajib pakai masker selama persalinan, Maud memakai masker selama 12 jam.
Dia melaporkan bahwa jika dia tidak memakai masker, dokter tidak mau membantunya melakukan persalinan.
Baca juga: Tak Pakai Kondom Saat Berhubungan Seks, Dubes Perancis Diselidiki
Maud yang tidak ingin memberitahu nama lengkapnya mengatakan, "Ketika aku mengejan pertama kali, aku sadar aku kesulitan bernapas dan insting saya mengatakan untuk melepas masker yang saya pakai agar mudah bernapas."
Tapi petugas medis mengatakan, "Anda tetap harus memakai masker, itu protokolnya."
Demi kelahiran yang lancar, Maud akhirnya memakai kembali maskernya dan mencoba mengejan kembali. Namun itu tidak menyelesaikan masalah karena dia merasa "menghirup napasnya yang panas".
Dia mencoba lagi dan lagi, "Saya merasa tercekik, saya merasa kepanasan, area masker saya berkeringat saya tidak bisa berbuat apapun."
Dokter pada akhirnya menggunakan forcep dan anak Maud lahir dengan cairan ketuban di paru-parunya serta kepala yang benjol karena penggunaan forcep.
Baca juga: Tidak Dipenjara, Ini Hukuman Pelaku Pelecehan Wanita Pakai Hot Pants di Perancis
Bayi Maud kemudian dipindahkan ke layanan neonatal di rumah sakit lain karena rumah sakit tempat Maud bersalin tidak punya fasilitas yang memadai.
Maud berkata, "Ini sangat traumatis bagi saya dan pasangan saya. Sebelum melahirkan, kami diajari untuk mengatur pernapasan dan berada dalam situasi ini sangat traumatis."
Maud juga mengatakan bahwa pasca persalinan sulit dilakukan karena suaminya tidak diizinkan untuk menjenguknya dan putranya dirawat di rumah sakit lain. Maud mengatakan bahwa dia sendirian di kamarnya.
Meski banyak yang simpatik, tak sedikit para wanita lain yang mencemooh Maud sebagai wanita lemah.
Menanggapi itu, Maud berkata, "Wanita perlu lebih memahami satu sama lain. Penderitaan dan trauma itu nyata. Hari ini, saya tidak tahu apakah saya secara psikologis mampu memiliki anak kedua mengingat apa yang telah saya alami."
Baca juga: Kisah Ibu Mungil yang Miliki 15 Anak Kandung, Hamil Lagi Selang 3 Bulan Melahirkan