TEIPEI, KOMPAS.com - Pemimpin Taiwan pada Sabtu (10/10/2020) memohon kepada lawannya dari China, Xi Jinping untuk mengurangi ketegangan militer dan memenuhi janjinya untuk "tidak pernah mencari hegemoni" setelah berbulan-bulan Beijing meningkatkan serangan jet tempur.
Melansir AFP pada Sabtu (10/10/2020), dalam pidatonya pada hari nasional Taiwan, Presiden Tsai Ing-wen mengatakan masyarakat internasional menjadi prihatin tentang "perluasan hegemoni" China.
Beijing memandang Taiwan yang telah berdiri sebagai negara demokratis dan berpemerintahan sendiri, masih dianggap sebagai wilayahnya dan China selalu menggunakan kekuatan militer untuk mengembalikan Taiwan ke posisi semula.
Baca juga: Taiwan Gelontorkan Uang Hampir Rp 13,3 Triliun untuk Lawan Serangan Udara China
Namun, Tsai berpegang pada pidato presiden Xi baru-baru ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang katanya memberi Taiwan harapan untuk berdaulat penuh.
"Saya juga sadar bahwa pemimpin di seberang Selat (Xi) telah secara terbuka menyatakan dalam pesan video kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa China tidak akan pernah mencari hegemoni, ekspansi, atau lingkup pengaruh...kami berharap ini adalah permulaan perubahan sejati," ujar Tsai.
Baca juga: Anggaran Militer Taiwan Naik Rp 18 Triliun, tetapi Belum Cukup untuk Lawan China
"Kami berkomitmen untuk menegakkan stabilitas lintas selat, tetapi ini bukan sesuatu yang dapat dipikul Taiwan sendirian. Ini adalah tanggung jawab bersama kedua belah pihak," tambahnya.
Sikap permusuhan Beijing terhadap Taiwan telah meningkat secara dramatis di bawah kepemimpinan Xi, yang menggambarkan tujuan penyatuan Taiwan dengan pusat daratan sebagai "tak terhindarkan".
Sikap Beijing yang semakin keras juga merupakan tanggapan atas terpilihnya Tsai pada 2016 lalu dan terpilih lagi pada awal tahun ini.
Baca juga: Taiwan Berharap Trump Cepat Sembuh dan Kembali Pimpin Dunia Lawan China
Tsai memandang Taiwan sebagai negara berdaulat dan menolak gagasan bahwa negaranya adalah bagian dari "satu China".
Militer China telah menambah tekanan bahkan lebih dari biasanya pada tahun ini, mengirimkan pesawat tempurnya ke zona pertahanan udara Taiwan pada frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan terkadang juga melintasi apa yang disebut "garis tengah" Selat Taiwan.
Seorang pejabat kementerian luar negeri China pada bulan lalu, bahkan mengatakan tidak ada yang namanya garis median antara China dan Taiwan, seperti "Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China", yang memicu kecaman dari Taipei.
Baca juga: Taiwan Desak China Mundur: Kembali ke Standar Internasional yang Beradab
Pada Jumat, jet tempur China memasuki zona pertahanan udara Taiwan untuk ketujuh kalinya bulan ini dan hari keempat berturut-turut pada pekan ini, menurut kementerian pertahanan Taipei.
Tsai berjanji bahwa Taiwan "tidak akan bertindak gegabah" dan akan bekerja untuk menurunkan risiko konflik militer.
"Selama otoritas Beijing bersedia menyelesaikan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat...kami bersedia bekerja sama untuk memfasilitasi dialog yang bermakna," pungkas Tsai.
Baca juga: Berhasil Usir Jet Tempur China, Presiden Taiwan Sebut Pilotnya Heroik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.