PYONGYANG, KOMPAS.com - Pemimpin Korea Utara (Kout) Kim Jong Un akan menutup perbatasannya dan menolak bantuan internasional.
Kim, Kim, dalam rapat partai Kamis (13/8/2020), juga akan mencabut karantina di Kaesong, kota yang berbatasan Korea Selatan.
Selama berpekan-pekan, ribuan orang di sana telah dikarantina karena kekhawatiran atas penyebaran virus corona.
Hal itu diutarakan oleh Pemerintah Korut sebagaimana dilansir dari Associated Press, Jumat (14/8/2020).
Itu karena negara fokus melakukan kampanye anti-virus yang agresif dan membangun kembali ribuan rumah, jalan, dan jembatan yang rusak akibat hujan lebat dan banjir dalam beberapa pekan terakhir.
Baca juga: Terlibat Prostitusi, 4 Pejabat Korea Utara Dieksekusi Kim Jong Un
KNCA melaporkan Kim menunjuk Kim Tok Hun untuk menggantikan Kim Jae Ryong sebagai perdana menteri setelah kabinet mengevaluasi kinerjanya.
Memasuki tahun terakhir dari rencana pembangunan nasional lima tahun, Kim Jong Un pada Desember 2019 menyatakan "terobosan frontal" terhadap sanksi internasional sambil mendesak bangsanya untuk tetap tangguh berjuang untuk kemandirian ekonomi.
Tetapi para ahli mengatakan krisis Covid-19 kemungkinan menggagalkan sejumlah target utama Kim dengan memaksa negara itu melakukan lockdown yang menutup perbatasan dengan China.
Penutupan perbatasan tersebut berpotensi menghambat kemampuannya untuk memobilisasi tenaga kerja.
Dalam rapat tersebut, Kim mengatakan penyebaran virus corona di Kaesong telah dinyatakan dapat dikendalikan setelah tiga pekan karantina dan berdasarkan “verifikasi ilmiah”.
Baca juga: Kunjungi Daerah yang Terdampak Banjir, Kim Jong Un Naik Mobil Mewah
KNCA melaporkan Kim juga berterima kasih kepada warga Kaesong yang telah mau bekerja sama selama karantina.
Kim mengatakan Korut sekarang menghadapi tantangan ganda yakni menangkis Covid-19 yang semakin memburuk di tataran global dan memperbaiki kerusakan akibat hujan lebat beberapa pekan terakhir.