Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Vaksin Corona dari Rusia, Para Ahli Skeptis

Kompas.com - 12/08/2020, 13:57 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Asia One

LONDON, KOMPAS.com – Pengumuman mencengangkan dari Rusia pad aSelasa (11/8/2020) bahwa mereka telah menciptakan vaksin virus corona pertama di dunia memicu kekhawatiran para ahli.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim vaksin yang dikembangkan oleh Gamaleya Institute tersebut aman dan telah diberikan kepada salah satu putrinya.

Para ahli menyatakan tanpa data uji coba yang lengkap dan komprehensif, vaksin dari Rusia tersebut sulit dipecaya.

Apalagi Rusia melakukan uji coba vaksin hanya dalam waktu dua bulan sebagaimana dilansir dari Asia One, Rabu (12/8/2020).

Peneliti Obat-obatan dan Warwick Business School, Ayfer Ali, bahkan menyatakan Rusia pada dasarnya hendak melakukan eksperimen dalam populasi yang lebih besar melalui pengumuman tersebut.

Baca juga: Vaksin Corona Sputnik V yang Diketahui Sejauh Ini…

Dia mengatakan persetujuan yang sangat cepat seperti itu kemungkinan bakal menimbulkan efek merugikan yang mungkin belum terdeteksi.

Seorang ahli dari University College London’s Genetics Institute, Francois Balloux, mengatakan keputusan Rusia adalah keputusan yang sembrono.

Dia mengatakan vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat sangat tidak etis.

Sementara itu, seorang profesor imunologi dari Imperial College London, Danny Altmann, mengatakan pemakaian vaksin yang belum sepenuhnya teruji justru akan semakin memperburuk keadaan.

Padahal sejumlah pengembang vaksin di seluruh dunia baru mulai melakukan uji klinis fase ketiga terhadap kandidat vaksin Covid-19 yang melibatkan ribuan sukarelawan.

Baca juga: AS Pesan 100 Juta Calon Vaksin Corona dari Moderna, Rp 22 Triliun Digelontorkan

Pengembang vaksin virus corona seperti Moderna, Pfizer dan AstraZeneca berharap untuk mengetahui apakah vaksin mereka berhasil dan aman pada akhir tahun ini.

Pengembang vaksin tersebut diharapkan mempublikasikan hasil uji coba dan data keamanan mereka lalu menyerahkannya kepada regulator di AS, Eropa, dan tempat lain sebelum lisensinya dapat diberikan.

Para pakar menyatakan persetujuan vaksin itu oleh Kementerian Kesehatan Rusia dilakukan tanpa melewati uji coba fase ketiga.

Uji coba semacam itu biasanya dianggap sebagai penilaian sangat penting bagi vaksin sebelum mendapatkan persetujuan regulasi.

Baca juga: Rusia Klaim Temukan Vaksin Corona Pertama, Menkes AS: Kami Tidak Terpengaruh

Seorang pakar dari Germany’s University Hospital di Tuebingen, Peter Kremsner, yang sedang mengerjakan uji klinis kandidat vaksin dari CureVac mengatakan langkah Rusia itu sembrono.

“Biasanya Anda membutuhkan banyak orang untuk diuji sebelum Anda menyetujui suatu vaksin. Saya pikir itu adalah tindakan sembrono (menyetujui vaksin) jika banyak orang belum pernah diuji,” kata dia.

Para ahli mengatakan kurangnya data yang dipublikasikan tentang vaksin Rusia membuat para ilmuwan, otoritas kesehatan, dan masyarakat tidak tahu apa-apa tentang Sputnik V.

"Tidak mungkin mengetahui apakah vaksin Rusia telah terbukti efektif tanpa menyerahkan makalah ilmiah untuk dianalisis," kata Keith Neal, seorang spesialis epidemiologi penyakit menular dari Nottingham University.

Baca juga: Ciptakan Vaksin Corona, Rusia juga Luncurkan Situs Resmi Vaksin Sputnik V

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com