Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga China Mengalami Diskriminasi Akibat Virus Corona, Warga Asing di China Mendapat Perlakuan Serupa

Kompas.com - 09/04/2020, 20:19 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Sumber ABC

KOMPAS.com - Sejumlah warga asing di China mengaku mendapat perlakuan diskriminasi dan rasialisme, setelah ditemukan banyak kasus virus corona di China berasal dari mereka yang datang dari luar negeri.

Sejak wabah virus corona, warga berpenampilan Asia menghadapi serangan 'xenophobia', atau ungkapan benci terhadap warga asing di berbagai negara, seperti di Australia.

Kini sebaliknya, justru warga asing di China yang mendapat perlakuan serupa.

Pekan lalu, sebuah komik yang beredar di platform media sosial yang populer di China, yakni Weibo, menggambarkan orang asing dibuang ke tempat sampah.

Unggahan itu disertai judul, 'Buku Petunjuk Bergambar tentang Menyortir Sampah Asing'.

Orang asing berkulit gelap dan berambut pirang berada di dalam tempat sampah yang bertuliskan, "Saya diundang ke sini, dan sama sekali tidak bisa memenuhi permintaan sepele [mengikuti aturan karantina]."

Di sampingnya berdiri petugas kesehatan dengan pakaian pelindung diri (APD), lengkap dengan alat penyemprot.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Dirjen WHO Dr Tedros Dituduh China-sentris

Orang asing ini menjadi target untuk "dibuang" juga karena tindakan tak bermoral lainnya, seperti mengunggah komentar anti-China, menipu perempuan China untuk layanan seks dan uang, serta menyerang petugas kesehatan setelah ia dinyatakan positif mengidap virus corona.

"Upaya pencegahan epidemi belum selesai. Saya harap tidak akan menyortir sampah asing lagi," demikian dikatakan petugas dalam komik itu.

"Jika kamu tidak mau pakai masker, pulang saja ke negara asalmu," katanya.

Gambaran dalam komik itu dialami oleh Paul Mozur, reporter New York Times di Shanghai.

Ia mengaku diteriaki sampah asing ketika makan di salah satu restoran.

"Kartun-kartun ini mengobarkan sentimen jahat terhadap orang asing yang sudah ada di masyarakat," katanya dalam sebuah unggahan di Twitter.

Ini bukan pertama kalinya warga asing digambarkan sebagai ancaman terhadap keselamatan publik di China.

Pada 2016, para pejabat di Beijing menjalankan kampanye yang memperingatkan warga China agar jangan berkencan dengan warga asing, karena mereka bisa jadi seorang mata-mata.

Baca juga: Di AS, Siapa Pun yang Mengancam Menyebarkan Covid-19 Dijerat Pasal Terorisme

Pemerintah menutup perbatasan

Karena mengklaim sudah berhasil mengendalikan pandemi, Pemerintah China kini semakin menekankan ancaman penyebaran virus corona dari luar negeri.

Jumlah kasus baru tampaknya mulai stabil di China ketika di Amerika Serikat dan Eropa justru meningkat. Namun angka yang dirilis China telah dikritisi banyak pihak.

Sebagai contoh, laporan media Washington Post pekan lalu menyatakan jumlah korban di Wuhan saja bisa mencapai 42.000 orang, Angka ini 16 kali lipat dari jumlah yang diumumkan resmi.

Komisi Kesehatan Nasional China minggu ini melaporkan sudah tidak ada lagi kasus COVID-19 yang ditularkan di dalam negeri.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Internasional
Pasca Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Pasca Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Global
Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Global
Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Global
Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Global
Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com