KOMPAS.com - Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, luasnya lahan perkebunan nyatanya tidak cukup sebagai bekal produktivitas kopi di Indonesia.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), luas area perkebunan kopi milik rakyat Indonesia pada 2022 mencapai angka 1.246.352 hektar. Angka tersebut jauh lebih besar dibanding perkebunan kopi yang dikelola oleh perusahaan negara maupun swasta.
Adapun luas area perkebunan kopi yang dikelola oleh negara yakni seluas 11.585 hektar. Sementara, luas area perkebunan kopi yang dikelola oleh swasta tercatat mencapai 7.993 hektar.
Baca juga: Festival Kopi Jadi Event Unggulan untuk Promosikan Manggarai Timur
CEO Edufarmer, Amri Illma dalam acara diskusi kopi bertema "Kopi Masa Depan: Inovasi, Tantangan, dan Kolaborasi untuk Generasi Muda" mengatakan bahwa ada beragam tantangan yang dihadapi industri kopi Indonesia saat ini.
Beberapa di antaranya yakni penyakit tanaman, sulitnya pupuk, sulitnya bibit kopi yang unggul, penyesuaian akibat perubahan iklim yang dirasakan oleh petani, dan petani kopi yang umumnya sudah lanjut usia.
Lihat postingan ini di Instagram
"Petani kopi saat ini mulai berumur, regenerasi petani kopi itu penting, mengundang para pemuda kembali terjun ke pertanian," kata Amri di Amarilis Resto & Cafe, Jakarta Selatan, Jumat (26/1/2024).
Salah satu anggota Edufarmer, Cahyo, menyampaikan bahwa minimnya regenerasi petani kopi ialah aspek yang perlu disoroti saat ini.
"Kami (Edufarmer) menjumpai petani di daerah rata-rata usianya 60 sampai 70 tahun. Petani paling tua 73 tahun, yang paling muda usia 46 tahun. Mungkin tinggal 10 sampai 20 tahun lagi mereka bersama kopi," kata Cahyo, Jumat.
Baca juga: 6 Pesona Desa Wisata Taraju di Tasikmalaya, Punya Kebun Teh dan Kopi
Ia melanjutkan, rentang waktu 20 tahun bukanlah waktu yang lama untuk mempertahankan produktivitas kopi, apalagi menyesuaikan proses produksi dengan karakter lingkungan di setiap daerah.
"Tantangan yang dihadapi saat ini sesungguhnya bukan di kopinya, tetapi petani itu sendiri, " ujar Cahyo.
Apabila tidak ada regenerasi petani kopi, tambahnya, besar kemungkinan masyarakat Indonesia tidak bisa menikmati kopi dalam negeri nantinya.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tri Kusnadi mengatakan bahwa minimnya minat anak muda saat ini menjadi petani berangkat dari asumsi yang menilai bahwa seorang sarjana haruslah bekerja sebagai pegawai.
"Dulu asumsinya anak petani tidak usah jadi petani, mereka harus merantau, harus jadi pegawai. Anak muda sekarang banyak di hilir," kata Tri.
Maka dari itu, lanjutnya, banyak sarjana khususnya sarjana pertanian yang tidak mau menjadi petani, sehingga efek tersebut baru terasa saat ini.
Baca juga: 4 Oleh-oleh Khas Jember, Kopi hingga Edamame
Sementara itu, pemilik bisnis kopi kekinian, Kopi Tuku, Andanu Prasetyo mengamini bahwa saat ini banyak anak muda yang menggandrungi industri kopi di bagian hilir, dan sedikit yang bergelut di hulu.