Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toko Roti Legendaris di Yogyakarta, Toko Djoen Sejak 1930-an

Kompas.com - 15/06/2023, 16:08 WIB
Silvita Agmasari

Editor

KOMPAS.com - Bagi pencinta roti dan kue, berkunjung ke toko roti legendaris suatu daerah bisa jadi healing tersendiri.

Jangan lewatkan berkunjung ke Toko Djoen, toko roti legendaris di Yogyakarta yang buka sejak sebelum Indonesia merdekat, diperkirakan 1930-an. 

Pemilik Toko Roti Djoen, Emak Hadinah (Hoo Ren Pin) bercerita mengenai awal dibukanya toko roti legendaris tersebut seperti dikutip dari berita Kompas.com yang tayang Jumat (24/7/2021). 

Emak bercerita, Toko Djoen berawal dari mertuanya Tan Lian Ngau membeli Toko Djoen beserta peralatannya pada 1930-an. 

Tak ada catatan pastinya tentang tanggal pembelian ini selain dari memori keluarga. 

Kala itu toko Djoen masih memproduksi roti lawas, di antaranya onbitjkoek (roti rempah ala Belanda), roti sobek polos, roti rol polos, dan roti semir. Semua roti itu diproduksi sebelum era kemerdekaan.

Baca juga:

Pada 1959, ketika emak menikah dengan suaminya Tan Ing Hwat mereka menambah beberapa varian roti yang masih menjadi favorit pelanggan Toko Djoen, salah satunya roti pisang. 

"Aku ditembung (diminta dijodohkan). Dulu sebelum nikah di Semarang, aku yo suka roti pisang. Pas nikah di sini, ya terus bikin roti pisang," kata Emak. 

Pada 1969 Toko Djoen juga menjual biskuit Bagelen Roomboter dengan merek Meila Chandra yang merupakan nama panggilan putrinya Widowati. 

Mereka juga membuat roti buaya pada 1970 karena banyak yang memesan untuk acara pernikahan. 

Emak berkisah dahulu Toko Djoen sebenarnya tidak hanya menjual roti. Mereka juga menjual odol dan sabun. 

Dapur toko roti Djoen beroperasi setiap hari membuat roti segar. Tiga serangkai personelnya memulai kegiatan meracik, membuat adonan dan memanggang sejak pukul 9 pagi. Setidaknya mereka telah bekerja dan menjadi bagian dari keluarga toko Djoen sejak 40 tahun silam. Sigit Pamungkas Dapur toko roti Djoen beroperasi setiap hari membuat roti segar. Tiga serangkai personelnya memulai kegiatan meracik, membuat adonan dan memanggang sejak pukul 9 pagi. Setidaknya mereka telah bekerja dan menjadi bagian dari keluarga toko Djoen sejak 40 tahun silam.

"Dulu toko roti ini besar, sekarang dibagi dua gedungnya. Dulu rak-rak ini banyak sampai toko sebelah. Isinya macem-macem, selain roti, ada stoples isi gula-gula, sampai 70 stoples. Rotinya macam-macam, juga jual sabun, odol,” ujar Emak berkisah.

Ia juga mengingat, saat puncak kejayaan Toko Djoen, roti-rotinya dijual sampai Wonosari, Klaten, Sleman, dan Muntilan yang dianter dengan mobil. 

Baca juga: 30 Cafe dan Kedai Kopi di Yogyakarta, Ada yang Buka 24 Jam

Tan Ing Hwat, suami Emak diceritakan oleh anaknya, Widowati gemar bereksperimen dengan resep roti. 

Pada buku harian yang ditulis dalam Bahasa Mandarin terselip catatan dengan judul "Resep Cake Tan Ing Hwat". 

Widowati menunjukkan cagayan resep Cake Tan Ing Hwat. Widowati mengaku terkejut menemukan resep tersebut. Ia bermaksud akan mencoba mengolah resep roti karya sang ayah. Sigit Pamungkas Widowati menunjukkan cagayan resep Cake Tan Ing Hwat. Widowati mengaku terkejut menemukan resep tersebut. Ia bermaksud akan mencoba mengolah resep roti karya sang ayah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com