KOMPAS.com - Festival Dongzhi atau di Indonesia dikenal juga dengan hari wedang ronde adalah tradisi untuk menghormati titik balik matahari musim dingin yang dirayakan oleh warga Tionghoa.
Menurut Travel China Guide, hari wedang ronde tahun ini jatuh pada 21 Desember 2020. Ini adalah hari dengan siang terpendek dan malam terpanjang di belahan bumi utara.
Dilansir dari Kompas.com, Festival Dongzhi yang juga disebut Winter Solstice adalah perayaan terakhir pada penanggalan Imlek. Sehingga festival ini menjadi salah satu perayaan terpenting.
Terdapat sejumlah kegiatan dalam merayakan festival ini seperti sembahyang, kumpul keluarga, dan menyantap kuliner khas.
Baca juga: Resep Wedang Ronde, Minuman Jahe Hangat Isi Bulatan Kenyal
Awal mula orang China menemukan Winter Solstice sekitar 2.500 tahun yang lalu. Sang penemu bernama Zhougfong.
Zhougfong menggunakan jam matahari untuk mengamati bayangan. Ia menemukan bahwa setelah Winter Solstice, siang hari semakin panjang.
Orang China percaya bahwa Winter Solstice adalah hari baik. Menggambarkan bahwa ketidakbahagiaan masa lalu telah berlalu dan kehidupan baru dimulai. Mereka merayakannya dengan sembahyang arwah leluhur.
Festival Dongzhi sudah dilakukan sejak Dinasti Han (202 SM - 220 M). Kemudian pada Dinasti Tang (618 - 907 M) dan Dinasti Song (960 - 1279 M), orang China menyembah arwah leluhur.
Bahkan pada Dinasti Ming dan Dinasti Qing (1368 - 1911 M) sang kaisar di China menyembah surga saat Winter Solstice tiba.
Di China sendiri, terdapat setidaknya 6 makanan khas perayaan Festival Dongzhi yaitu dumpling, tangyuan, pangsit, sup daging kambing, eight treasures porridge (bubur dengan bahan seperti jujube dan ubi), dan daikon.
Masing-masing tempat punya makanan khas tersendiri saat merayakan Festival Dongzhi. Contohnya saja orang Hangzhou makan kue beras ketan dan orang Kanton makan daging panggang.
Sementara orang Xiamen makan jiangmu duck dan orang di China bagian selatan rata-rata makan tangyuan atau ronde.
Warga Indonesia keturunan China merayakan Festival Dongzhi dengan kumpul keluarga, sembahyang, membuat ronde, dan menikmatinya.
Ronde terbuat dari tepung ketan yang punya tekstur lengket ini melambangkan kekerabatan dan mempererat tali kekeluargaan.
Terdapat dua versi ronde yang tanpa isi dan berisi berbagai bahan seperti kacang tanah cincang, kacang hitam, dan wijen.
Ronde yang sudah matang kemudian disajikan dalam kuah jahe dan gula. Berbeda dengan di China yang menyajikan ronde dalam kuah manis atau kaldu daging.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.