Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Unesa: Bahasa Indonesia Telah Jadi Bagian Pengambilan Kebijakan di Internasional

Kompas.com - 29/11/2023, 20:46 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi UNESCO pada 20 November 2023. Dengan demikian, terdapat 10 bahasa resmi yang digunakan dalam kegiatan atau forum UNESCO yaitu Indonesia, Inggris, Prancis, Arab, Mandarin, Rusia, Spanyol, Hindi, Italia, dan Portugis.

Guru Besar Ilmu Kritik Sastra dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Anas Ahmadi mengapresiasi langkah pemerintah yang mempersiapkan dan mengusulkan hal tersebut sehingga berhasil disetujui.

Baca juga: Pakar UMS: Bahasa Indonesia Layak Jadi Bahasa Internasional

Posisi bahasa Indonesia di UNESCO ini memiliki banyak nilai, di antaranya diplomasi, reputasi, dan legacy.

"Dengan kata lain, posisi bahasa Indonesia menjadi bagian penting dari proses pengambilan kebijakan di tingkat internasional untuk mewujudkan perdamaian, keharmonisan dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan," kata dia dilansir dari laman Unesa, Rabu (29/11/2023).

Di luar prestasi dan reputasi bahasa Indonesia di tingkat internasional, ada fenomena menarik yang perlu diperhatikan bersama terkait penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan anak-anak muda bangsa Indonesia.

Fenomena bahasa yang dimaksud, yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur-campur dengan bahasa lain, seperti bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.

Menurut Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa itu merupakan bagian dari dinamisasi bahasa.

"Kalau dari aspek variasi ini menarik, anak-anak tidak hanya berbahasa Indonesia tetapi hybrid dengan bahasa Inggris. Memang ada yang bilang agar terdengar keren atau pintar. Namun, ini bisa jadi bahan riset. Atau bisa jadi ada sisi bosan anak muda dengan bahasa Indonesia itu sendiri," ucap Prof. Anas.

Dia mengaku, fenomena percampuran bahasa tidak dapat dipungkiri, karena bahasa Indonesia sendiri ada yang merupakan serapan dari berbagai bahasa.

Namun, di sisi lain, percampuran diksi dalam berbahasa sehari-hari berpotensi membuat beberapa kata bahasa Indonesia tereliminasi dari pemakaian bahkan dilupakan.

Dia mencontohkan, kata 'netizen' lebih dominan digunakan dalam keseharian ketimbang 'warganet'.

Begitupun dengan kata 'jenama' yang asing ketimbang kata 'brand'. Begitu juga dengan penggunaan kata 'download' lebih sering didengar ketimbang 'unduh', dan sebagainya.

"Intinya, dalam keseharian kita harus mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing," jelas Anas.

Bagaimana cara membiasakan anak untuk bisa mencintai bahasa Indonesia? Menurutnya, ada beberapa yang bisa dilakukan.

Pertama, setiap perguruan tinggi membuka kuota sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa untuk masuk di prodi sastra maupun pendidikan bahasa Indonesia dengan tujuan untuk mendorong setiap generasi untuk peka dengan realitas yang terjadi sekaligus adanya pewarisan budaya.

Baca juga: 10 Alasan Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi UNESCO

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com