Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliah Umum di Untag Banyuwangi, Dirjen Kebudayaan Ajak Peneliti dan Mahasiswa Majukan Kebudayaan

Kompas.com - 22/11/2023, 18:53 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid memberikan kuliah umum di Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Banyuwangi, Jawa Timur mengankat tema “Pemajuan Kebudayaan dan Kontribusi Kaum Muda.”

Rektor Untag Banyuwangi, Andang Subaharianto menyampaikan, Indonesia membutuhkan strategi agar mampu bertahan di tengah pengaruh budaya asing.

“Tanpa kebudayaan, hidup kita ini menjadi sunyi, kurang dinamis. Di sisi lain, banyak pengaruh budaya asing yang masuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari," ungkap Rektor Untag.

"Tentu, bangsa ini membutuhkan strategi dan siasat agar ragam budaya bangsa tetap maju di tengah-tengah kuatnya budaya asing,” lanjut Andang saat membuka kuliah umum yang digelar di Auditorium Untag Banyuwangi pada 20 November 2023.

Dalam pemaparannya, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengawali paparan tentang tujuan strategis pemajuan budaya, yakni memperkuat identitas, meningkatkan ketahanan budaya, menumbuhkan kesejahteraan, dan memperkuat kedudukan Indonesia.

Untuk itu, pemerintah perlu membina tenaga dan lembaga kebudayaan, dari level pusat hingga daerah, agar tujuan tersebut bisa tercapai.

“Kita perlu mengajak serta kaum yang presentasenya lebih dari 50 persen jumlah penduduk Indonesia untuk kerja-kerja pemajuan kebudayaan. Kaum muda ini unik, kalau berhasil kita arahkan, bisa menjadi aset, tetapi ketika gagal, bisa menjadi beban," ungkap Hilmar.

"Maka, mereka perlu kita dekati dan ajak untuk menjalankan usaha-usaha strategis dan praksis dalam memajukan budaya di lingkungan terdekat dengan cara menjahit apa-apa yang sudah dihasilkan oleh masyarakat,” papar Hilmar.

Lebih lanjut Hilmar menjelaskan, menjahit bisa dimaknai melakukan kerja aktif mendokumentasikan, mengadvokasi, dan menciptakan karya kreatif dari ragam pengetahuan ekspresi budaya yang telah ada selama ribuan tahun.

Memajukan kebudayaan

Dampak positifnya adalah para peneliti dan mahasiswa bisa terlibat aktif dalam mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam dan pengetahuan tradisional masyarakat yang selama ini belum banyak diketahui dan digunakan.

“Di Banyuwangi terdapat banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk jamu dan obat herbal. Otok-otok, misalnya, bisa dimanfaatkan untuk obat kanker," ungkap Hilmar.

"Bakau kalau dikelola dengan pentetahuan dan teknologi modern yang dipadukan dengan local genius masyarakat, bisa bermanfaat untuk perlindungan pesirir, penyerapan karbon, perikanan, ataupun olahan-olahan lainnya,” tambahnya.

Hilmar Farid juga mengajak sivitas akademika Untag Banyuwangi mengedepankan laku budaya “hemat pangkal berdaya.”

Titik tekannya adalah pada perubahan pola pikir dan tindakan yang tidak berlebihan dalam mengkonsumsi produk-produk budaya modern dan memanfaatkan lingkungan alam.

Menurutnya, problem budaya masayrakat modern adalah mereka sangat boros. Industri garmen, misalnya, memproduksi 100 milyar ton garmen setiap tahun dengan sumberdaya sangat besar dan menghasilkan limbah sangat besar. Fast fashion menuntut orang mengikuti tren.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com