Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolaborasi Apik Gen Z dan Sanggar Budaya di Galang Gerak Budaya Tapal Kuda

Kompas.com - 01/11/2023, 14:44 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Panitia Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK) Kabupaten Lumajang menggelar pertunjukan multibentuk di Gedung Serbaguna Pura Mandara Giri Semeru Agung, Senduro, Jawa Timur pada 29 Oktober 2023.

Tidak jauh berbeda dengan pertunjukan di Lumajang (28/10/2023), pertunjukan di Senduro juga menghadirkan ragam pertunjukan yang mayoritas pelakunya adalah Gen Z. Mereka berasal dari sanggar-sanggar seni di kawasan Senduro dan Lumajang.

Even GGBTK di Lumajang dan Senduro memiliki keistimewaan karena merangkul Gen Z sebagai penampil dan mengajak para kreator konten.

Kehadiran mereka menunjukkan, kerja-kerja pemajuan budaya di Tapal Kuda bisa menghadirkan energi muda untuk keragaman Indonesia dan menjaga benteng bangsa melalui aktivitas yang meluas di peradaban digital.

“Kami memang melibatkan kaum muda agar mereka memiliki pengalaman estetik dan emosional dalam memajukan ragam budaya lokal. Sebagus apapun budaya kita, kalau kaum muda tidak mau melanjutkan, ya percuma,” ungkap Wira Dharma, Panitia Even di Senduro (1/11/2023).

Suara alunan musik gamelan rancak mengalun mengiringi penari remo Lumajangan menyambut ratusan warga masyarakat dan undangan. Para penari yang merupakan pelajar SMA seolah mengajak penonton hidup dalam kegembiraan dan semangat di tengah-tengah permasalahan dihadapi.

Tari Batik Lumajang menjadi sajian berikutnya yang tak kalah menarik. Tari ini bertutur tentang keunikan batik Lumajang yang bermotif pisang. Selain menghibur, tari ini juga mengajak masyarakat mencintai dan menggunakan batik sebagai karya budaya yang mengusung karakteristik lokal Lumajang.

Tari Godril Kreasi dan Godril Klasik yang diambil dari pertunjukan tayub menyapa penonton melalui gerak gemulai penari. Mereka diajak kembali untuk menikmati kasanah lokal yang sudah dikreasi-ulang sehingga kaum muda tertarik untuk ikut menari.

Tari topeng Kaliwungu kembali dihadirkan karena kesenian ini merupakan salah satu kekayaan budaya Lumajang yang sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) sehingga perlu terus disebarluaskan.

Para penari mengenakan pakaian merah yang melambangkan ketegasan dan keberanian, menyuguhkan gerakan-gerakan atraktif Prabu Baladewa.

Setelah itu, para penonton diajak bergeser ke halaman gedung serbaguna untuk menyaksikan atraksi dua jaran kincak beserta pemiliknya. Atraksi kedua kuda tersebut memukau penonton, sehingga banyak dari mereka yang merekam dengan kamera HP.

Untuk menunjukkan semangat kerjasama antarsanggar dan gen Z, panitia juga menyuguhkan tari kolaborasi yang diikuti semua penampil. Mereka menyuguhkan tari dan musik yang memadukan kekayaan budaya Jawa, Madura, dan Tengger.

Sebagai penutup, para seniman mempersembahkan Jaranan Campursari yang sangat digemari kaum muda. Para penari jaranan dan penyanyi mengajak penonton untuk menari dan menyanyi bersama, meluapkan kegembiraan karena even GGBTK di Lumajang berlangsung sukses.

Baca juga: Berhasil Lakukan Pelestarian Berkelanjutan Cagar Budaya, Pemkot Semarang Dapat Dana Pembangunan Rp 5 Miliar dari Kementerian PUPR

“Kesuksesan GGBTK di Pura Mandara Giri Semeru Agung membuktikan bahwa kaum muda, sanggar seni, tokoh adat, dan tokoh agama, bisa melakukan kerjasama untuk terus memajukan budaya Lumajang sebagai bagian dari kawasan Tapal Kuda," ungkap Wira.

"Kami berharap, even ini bisa berlangsung tahunan dan bisa melibatkan semakin banyak pelaku budaya,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com