Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Pola Asuh "Toxic" Bisa Hancurkan Mental Anak

Kompas.com - 25/10/2023, 19:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Lilik Binti Mirnawati mengatakan, pola asuh toxic (beracun) berbahaya bagi tumbuh kembang anak.

Dia menyebut, pola asuh toxic bukan hanya tentang kekerasan fisik, tapi juga berupa kekerasan verbal maupun psikologis yang sifatnya tidak terlihat oleh mata, sehingga sulit terdeteksi.

Baca juga: Anak SMK dan Mahasiswa Vokasi Diyakini Bisa Majukan Industri Fesyen

"Sikap orangtua yang selalu ingin dituruti, tidak pernah menghargai perasaan anak dan tidak memberi anak dalam hak berpendapat, termasuk dalam toxic parenting," kata dia dikutip dari laman UM Surabaya, Rabu (25/10/2023).

Biasanya, orangtua yang toxic akan selalu menggali kekurangan anak dan harus sesuai keinginan mereka.

"Anak yang dibesarkan dalam kondisi pengasuhan seperti itu dapat tumbuh menjadi sosok yang sulit menghargai diri sendiri, sehingga nantinya akan membentuk anak menjadi seorang yang selalu menyalahkan diri sendiri," jelas dia.

Pola asuh toxic berdampak panjang

Dia mengaku, dampak awal dari pola asuh toxic, yakni memengaruhi kesehatan mental anak.

Bahkan, luka yang ada di dalam hati anak kerap muncul hingga dewasa.

Baca juga: Orangtua dan Sekolah Jadi Kunci Utama Cegah dan Berantas Bullying

"Jadi itu akan terus menerus berdampak negatif bagi anak ke depannya," ungkap dia.

Dampak panjangnya, anak bisa mengalami stres yang panjang, depresi, hingga menderita sakit mental maupun fisik.

Ganggu kepribadian anak

Lanjut dia mengatakan, pola asuh toxic pun dapat mengganggu kepribadian dan membuat konsep diri anak menjadi berantakan.

Selain itu, berdampak pada relasi sosial yang menjadi tidak sehat.

"Bahaya yang paling mengerihkan dari pola asuh toxic adalah anak berperilaku sama di masa akan datang, mereka akan jadi toxic parents bagi anak-anak mereka kelak," tutur dia.

Baca juga: Dosen Unnes Ini Lulus S3 dengan IPK 4,00

"Itu merupakan konsekuensi yang diterima dari pola asuh toxic. Anak akan menirukan hal yang sama dan membenarkan hal itu sebagai suatu yang wajar," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com