Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Lulus Tanpa Skripsi di UMS, Hindari Keterlambatan Studi

Kompas.com - 18/09/2023, 12:14 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) telah menerapkan kebijakan lulus tanpa skripsi sejak 2,5 tahun yang lalu.

Ternyata, alasannya untuk menghindarkan mahasiswa dari keterlambatan studi lantaran jika terjadi skripsi yang bermasalah.

Untuk itu, UMS juga siap menjalankan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbud Ristek) No 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Yang isinya terkait aturan baru yang menyebut bahwa syarat kelulusan mahasiswa jenjang S1 dan D4 tidak wajib membuat skripsi.

Baca juga: Peneliti UMS Inovasi Dua Bahan Ini untuk Selamatkan Lingkungan

Terkait hal itu, Wakil Rektor Bidang Akademik UMS, Prof. Harun Djoko Prayitno, M.Hum., mengungkapkan bahwa di UMS sejak 2,5 tahun yang lalu sudah menjalankan kebijakan kurikulum Outcome Based Education (OBE).

Periode kepemimpinan sekarang ini, UMS sudah mengedepankan output dan outcome. Dengan menerapkan desain OBE, kompetensi holistik dan talenta inovasi bobotnya mencapai 65 persen sampai 70 persen.

"Jadi, mahasiswa UMS tidak harus membuat skrpsi. Pengganti skripsi bisa ditempuh mahasiswa lewat Pengembangan Talenta Inovasi Mahasiswa UMS, paper, konferensi, prosiding, HAKI, paten, dan teknologi tepat guna," ujarnya dikutip dari laman UMS, Selasa (12/9/2023).

Banyak negara juga sudah menerapkan

Sedang Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti, M.Ed., menanggapi regulasi baru ini yang menurutnya tidak baru lagi.

"Menulis skripsi, tesis, maupun disertasi yang tidak lagi menjadi kewajiban sebetulnya sudah sejak lama diterapkan berbagai universitas di dunia, seperti Malaysia, Turki, Australia, dan lainnya," jelas Prof. Abdul.

Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran UMS dan 34 Jurusan Lainnya

Dikatakan, ada banyak negara yang sudah tidak menjadikan skripsi sebagai syarat mutlak kelulusan, di mana mahasiswa bisa menggantinya dengan kertas kerja atau produk ilmiah dalam bentuk lain yang bobotnya sama dengan skripsi.

Begitu pula untuk tesis dan disertasi, mahasiswa diberikan beberapa opsi, salah satu yang cukup populer adalah jalur classwork.

Dengan kata lain, mahasiswa program magister (S2) atau doktoral (S3) bisa memilih untuk lulus dengan jalur apa.

Ia juga menjelaskan bahwa alasan yang krusial dengan kebijakan itu adalah kurangnya kemampuan penelitian mahasiswa.

"Tetapi, argumen tersebut sebenarnya tidak cukup kuat, karena setiap dosen memberikan tugas mata kuliah tertentu yang berbasis mini riset untuk menerapkan berbagai penelitian," imbuhnya.

Hindari keterlambatan studi

Prof. Abdul menerangkan kampus Muhammadiyah biasanya menugaskan mahasiswa melakukan community service sebagai bagian dari penerapan teori ke masyarakat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com