Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom UGM: Krisis Perbankan di AS Perlu Diwaspadai Indonesia

Kompas.com - 08/05/2023, 20:56 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin menilai krisis perbankan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) beberapa waktu belakangan ini perlu menjadi peringatan serius bagi pengelolaan perbankan di Indonesia.

Pasalnya, bangkrut bank Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank disebabkan bank-bank tersebut terlalu dominan mendanai pinjaman ke perusahaan rintisan atau startup.

Baca juga: Jadwal dan Biaya Kuliah UI Jalur Mandiri 2023

Oleh karena itu, perbankan Indonesia harus selektif sekali dalam memberikan pinjaman baik ke perusahaan kecil maupun besar agar tidak terjadi gagal bayar di kemudian hari.

"Nampaknya bank yang bangkrut ini ingin mendapatkan return besar sehingga berani meminjamkan dana ke startup dalam jumlah besar. Karenanya bank harus berhati-hati, risiko kredit bisa terjadi dimanapun, baik perusahaan startup hingga perusahaan besar," ujar dia mengutip laman UGM, Senin (8/5/2023).

Meski begitu, krisis perbankan di AS untuk sementara ini tidak memberikan dampak langsung ke perbankan maupun kondisi ekonomi di Indonesia.

"Dampak langsung tidak ada, tapi kita harus hati hati. Saya melihat belum ada dampak ke bank yang ada di Asia dan Indonesia tapi kita harus belajar dari peristiwa ini," ucap dia

Menurut dia, krisis di sebuah perbankan tidak hanya soal risiko gagal kredit, tapi juga bisa terkena dampak dari isu sentimen negatif di pasar keuangan dan dampak kenaikan suku bunga acuan yang juga bisa menyebabkan adanya risiko likuiditas.

"Dunia perbankan sebenarnya menghadapi banyak risiko dari risiko kredit yang mengalami gagal bayar dan isu yang buruk di pasar sehingga terjadi penarikan uang secara besar-besaran dan bank kekurangan likuiditas," jelas dia.

Soal dampak risiko kenaikan suku bunga menurutnya memengaruhi masuk dan keluarnya dana investasi di sebuah negara.

Apalagi belakangan ini bank sentral AS kerap menaikkan suku bunga acuan bagi perbankan.

Baca juga: Tata Tertib Ikuti UTBK SNBT 2023 di UGM, Jangan Pakai Kaus Oblong

"Kenaikan suku bunga tentu tidak menarik bagi dunia bisnis. Akan tetapi naik dan turunnya suku bunga dari The Fed jadi acuan bank sentral negara lain di seluruh dunia," ungkap dia.

Belajar dari pengalaman dari pengelolaan bank yang mengalami kebangkrutan ini, dia menekankan penting bagi perbankan untuk mempraktikkan manajemen risiko perbankan dengan benar, konsisten dan disiplin.

Menurut dia, pengelola perbankan harus menerapkan manajemen risiko perbankan dengan baik dan benar.

"Apabila perbankan tidak melakukannya dengan disiplin, maka risiko kredit, risiko kenaikan suku bunga dan risiko likuiditas, serta risiko pasar bisa berdampak pada risiko kecukupan modal," paparnya.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Bank Indonesia (BI), OJK, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), lanjut dia, harus mampu mengawal stabilitas keuangan dan perekonomian nasional untuk mengawal pengelola perbankan menjalankan manajemen risiko dengan baik agar tidak terjadi krisis perbankan di tanah air.

Selain itu, KSSK juga harus mengawal angka inflasi dan nilai suku bunga jangan sampai memberatkan perbankan dan pelaku usaha.

Baca juga: Jadwal Jalur Mandiri UI, UGM, Unair, dan Unpad 2023

"Saat kondisi misalnya inflasi dan suku bunga tinggi ibarat kondisi badan lagi demam maka kita tidak bisa lari tapi hanya bisa bertahan. Bila kondisi ekonomi kita sehat atau indikator keduanya turun, maka ekonomi kita bisa berlari kencang kembali," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com