Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog Unair: Kenaikan Harga Picu Masyarakat Berhenti Merokok

Kompas.com - 21/12/2022, 13:18 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Kementerian Keuangan menyebut rokok sebagai komponen pengeluaran terbesar kedua setelah beras, bagi rumah tangga dalam golongan miskin.

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap data bahwa pengeluaran untuk rokok lebih tinggi dari protein.

Baca juga: Ini Jadwal Lengkap Libur Sekolah bagi Siswa di Provinsi Jawa Barat

Menanggapi fenomena ini, Pakar Sosiologi Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Bagong Suyanto angkat bicara.

Prof. Bagong menyebutkan, fenomena ini sebenarnya telah menjadi keprihatinan sejak lama.

"Memang menjadi masalah yang sering dikeluhkan, dimana uang yang seharusnya bisa untuk kebutuhan positif lain seperti memenuhi kebutuhan gizi keluarga, justru dialokasikan untuk membeli rokok," kata Prof. Bagong dalam keterangannya dikutip dari laman Unair, Rabu (21/12/2022).

Kedekatan rokok dan kemiskinan

Bagong mengungkapkan, rokok dan kemiskinan memiliki hubungan yang erat.

Dalam keluarga miskin, biasanya telah terjadi proses pembelajaran tentang budaya merokok.

Akhirnya, pembelajaran ini menjadi kebiasaan yang didukung juga oleh zat-zat adiktif dalam kandungan rokok.

"Bahkan tingkatannya bisa makin berat, tidak hanya rokok putih namun akhirnya bisa meningkat pada rokok kretek," ucap Prof. Bagong.

Kebijakan kenaikan harga rokok

Meski bukan dianggap sebagai solusi yang dapat menuntaskan masalah, kebijakan yang menyebabkan naiknya harga rokok disebutkan sebagai salah satu keputusan yang baik.

"Karena akan membuat masyarakat miskin utamanya, berpikir ulang untuk memanfaatkan uang pembelian rokok untuk kepentingan yang lebih positif," sebut dia.

Baca juga: Ini Biaya Kuliah S1 Aktuaria UI, UGM, ITB, UPH, dan UB

Perokok pada kalangan miskin kemungkinan mencari pengganti aktivitas selain merokok.

Namun, Guru Besar bidang Sosiologi Ekonomi itu menyebut kebijakan ini harus dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk berhenti merokok.

Tingkatkan kesadaran masyarakat

Dosen Senior FISIP Unair itu menambahkan, inti dari permasalahan sebenarnya berfokus pada cara mengubah perspektif masyarakat miskin terhadap aktivitas merokok.

Selama ini, rokok sudah terkonstruksi sebagai sebuah kebiasaan, sehingga sulit dihilangkan.

Baca juga: 20 Jurusan ITB Punya Daya Tampung Terbanyak, Referensi SNPMB 2023

"Perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya yang ditanggung keluarga bila orangtua meneruskan kebiasaan merokoknya. Memang diperlukan berbagai upaya untuk menyadarkan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com