Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Delegasi Negara G20 Belajar Kearifan Lokal Masyarakat Bali

Kompas.com - 05/09/2022, 16:33 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Bali tak hanya terkenal karena keindahan pantai-pantainya, pemandangan alamnya, atau hamparan sawah padinya.

Sebagai salah satu destinasi utama pariwisata di Indonesia, Bali juga terkenal karena tradisi kebudayaannya.

Dalam upaya memperkuat nilai gotong royong Indonesia untuk terus menginspirasi dunia untuk menjalani hidup yang harmonis, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memperkenalkan budaya masyarakat Bali kepada para delegasi Kelompok Kerja Education Working Group (EdWG) G20 melalui program kunjungan ke Samsara Living Museum yang berlokasi di desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, Jumat (2/9/2022).

Baca juga: RUU Sisdiknas, Kemendikbud Jamin Guru Dapat Tunjangan Profesi hingga Pensiun

Delegasi negara-negara G20 mengenakan busana adat dengan warna dan corak khas Bali, termasuk kain Gringsing, yang dipercaya dapat menangkal bahaya dan penyakitDok. Kemendikbud Ristek Delegasi negara-negara G20 mengenakan busana adat dengan warna dan corak khas Bali, termasuk kain Gringsing, yang dipercaya dapat menangkal bahaya dan penyakit

Chair of G20 EdWG, Iwan Syahril mengatakan bahwa program ekskursi sebagai rangkaian kegiatan EdWG dapat memperkuat nilai gotong royong yang terus ditekankan selama Presidensi G20 Indonesia.

“Dengan peranan yang berbeda-beda satu sama lain dalam sebuah komunitas, budaya masyarakat Bali yang dihadirkan di Samsara Living Museum merupakan sebuah contoh nyata lainnya dari nilai gotong royong di Indonesia. Harapannya, kunjungan ini dapat memperkuat nilai gotong royong Indonesia untuk terus menginspirasi dunia untuk menjalani hidup yang harmonis,” dikatakan Iwan dalam keterangan tertulis Kemendibudristek.

Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Kampus Top Dunia: MIT, Stanford, Harvard

Para Delegasi Negara G20 mengikuti tradisi megibungDok. Kemendikbud Ristek Para Delegasi Negara G20 mengikuti tradisi megibung

Mengenal kearifan lokal Bali

Samsara Living Museum yang berlokasi di desa Jungutan, Kabupaten Karangasem berasal dari kata "Samsara" yang berarti siklus lahir dan hidup kembali merupakan filosofi kehidupan di Samsara Living Museum.

Kearifan lokal Bali terpancar dari berbagai macam ritual di Samsara Living Museum yang mengusung filosofi Tri Hita Karana.

Tradisi dan ritual masyarakat Bali sejak lahir, dewasa, sampai meninggal dunia tersebut disampaikan melalui cerita dan dialami langsung melalui praktik oleh para delegasi.

Siklus hidup masyarakat Bali tersebut direpresentasikan dalam rangkaian kuliner, visual, dan benda adat yang menggambarkan nilai-nilai upacara dan tradisi.

Baca juga: Penuhi 40.000 Kuota Guru, Kemendikbud Buka PPG Prajabatan bagi Lulusan S1

Para delegasi negara-negara G20 diajak mengikuti kesenian Genjek khas Karangasem yang mengekspresikan kegembiraan dan keakraban dalam  pergaulan masyarakat BaliDok. Kemendikbud Ristek Para delegasi negara-negara G20 diajak mengikuti kesenian Genjek khas Karangasem yang mengekspresikan kegembiraan dan keakraban dalam pergaulan masyarakat Bali

Co-Founder Samsara Living Museum, Agung Gunawartha menjelaskan wawasan masyarakat mengenai alam sekitar menjadi bekal untuk dapat bersama-sama berdikari merawat alam dan tradisi masyarakat Bali hingga diperkenalkan ke para delegasi negara-negara G20.

Komunitas sekitar desa Jungutan pun terlibat secara aktif merawat dan mengelola Samsara Living Museum.

Agung menjelaskan kepada para delegasi tentang berbagai upacara tradisi yang dijalankan dan diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Bali.

“Angka tiga merupakan salah satu simbol dari filosofi masyarakat Bali. Kami percaya bahwa filosofi Tri Hita Karana merepresentasikan tiga bagian dari hidup, mulai dari bagaimana kami memelihara hubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam,” ungkapnya.

Pada akhir kunjungan, delegasi negara G20 berpartisipasi dalam tradisi Genjek bersama komunitas museum.

Kata "genjek" berasal dari kata "genjak" yang berarti "bersenda gurau". Seni yang mengedepankan keharmonisan dan kekompakan vokal ini mengekspresikan kegembiraan dan keakraban dalam pergaulan di masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com