Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Tantangan Anak Muda Saat Ini Lebih Besar karena Jauh dari Hal-hal Alamiah

Kompas.com - 05/09/2022, 14:12 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Perkembangan internet mengubah perilaku manusia. Seseorang menjadi sulit untuk sabar dan tekun karena terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan cepat.

Mudahnya aksesibilitas media sosial juga menjadikan tingginya kompetisi karena seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain.

Seseorang sulit mencari teman dan mudah merasa kesepian karena jarang bertemu langsung dengan orang lain.

Percakapan online pun memiliki kedalaman yang berbeda sehingga kebutuhan relasi sulit tercapai.

Baca juga: Beasiswa S1 Oxford-Cambridge 2023 Dibuka, Kuliah Gratis-Biaya Hidup

Bahkan, jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma sosial, ia akan mengalami cancel culture, yaitu budaya pengenyahan, penolakan, atau boikot massal saat seseorang dikeluarkan dari lingkaran sosial, baik di media sosial, dunia nyata, maupun keduanya.

Itulah mengapa, tantangan yang dihadapi anak muda saat ini lebih besar karena semakin jauh dari hal-hal yang bersifat alamiah.

Hal tersebut dipaparkan oleh Dosen Psikologi Klinis Universitas Indonesia (UI), Elizabeth Kristi Poerwandari pada kuliah tatap muka perdana yang diadakan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPSi UI), di Auditorium Gedung H FPSi UI, Depok.

“Kesepian memengaruhi seseorang dalam mengenal dirinya dengan baik. Padahal, untuk menjadi dewasa, seseorang harus mengenal dirinya untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkannya. Tantangan yang dihadapi anak muda saat ini lebih besar karena semakin jauh dari hal-hal yang bersifat alamiah,” kata Prof. Kristi dalam keterangan tertulis Universitas Indonesia.

Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Kampus Top Dunia: MIT, Stanford, Harvard


Perlunya tatap muka

Menjadi manusia dewasa, lanjut Prof. Kristi, merupakan tantangan besar yang perlu dihadapi generasi muda saat ini.

"Ketekunan dan kesabaran merupakan dua faktor kunci pendorong keberhasilan seseorang dalam menghadapi permasalahan di era digital yang serba cepat," ujarnya.

Oleh karena itu, katanya, pembelajaran tatap muka perlu dilakukan meski dunia sudah dimudahkan dengan akses internet.

Baca juga: Jangan Salah Pilih Jurusan Kuliah, Ada 9 Profesi Paling Dicari 2030

Ia menilai, relasi menjadi penting apalagi bagi anak muda. Meski tidak sepenuhnya offline, tatap muka tetap diperlukan karena memberikan kesempatan bagi seseorang untuk bersosialisasi.

"Pembelajaran tatap muka dan daring dapat dilakukan dengan perbandingan 50:50 atau 60:40, sehingga efisiensi pembelajaran dapat diperoleh dan tingkat stres mahasiswa dapat berkurang," ujarnya.

Salah seorang mahasiswa F. Psi UI 2022, Jonathan Sabita, mengaku gembira bisa mengikuti hari perdana perkuliahan secara tatap muka. Menurut Jonathan, ada perbedaan singnifikan dari kegiatan perkuliahan luring dan daring, salah satunya mahasiswa bisa lebih menghargai dosen saat berbicara.

“Saya sangat senang bisa merasakan kuliah secara tatap muka. Sebelumnya, berdasarkan pengalaman saya selama mengikuti pembelajaran di SMA secara daring, ada beberapa pelajar yang mematikan kamera. Hal ini tentu menunjukkan sikap pelajar yang secara tidak langsung tidak menghargai keberadaan pengajar tersebut. Saya berharap dengan adanya pembelajaran tatap muka ini, hubungan antara mahasiswa dan dosen dapat terjalin dengan baik sehingga pembelajaran berjalan lancar dan lebih efektif,” kata Jonathan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com