Oleh: Zen Wisa Sartre dan Fandhi Gautama
KOMPAS.com - Bagi lulusan baru, mencari pekerjaan bukan perkara mudah. Belum lagi banyak muncul pertanyaan-pertanyaan yang menekan, seperti apakah latar belakang pendidikan yang digeluti masih relevan? Bagaimana dengan prospek karier saya?
Terlebih Nadiem Makarim, selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), mengungkapkan bahwa 80 persen mahasiswa tidak bekerja sesuai jurusan kuliahnya.
Melihat hal ini, Vivid D. Argarini, Konsultan Media dan Komunikasi serta Dosen Pascasarjana, menjelaskan alasan munculnya fenomena pekerja yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya dalam siniar Smart Inspiration edisi Career bertajuk “Pro & Kontra Kerja Tidak Sesuai Jurusan Kuliah”.
Vivid menjelaskan bahwa ketidaksesuaian tersebut merupakan pekerjaan rumah bagi setiap elemen, baik pemerintah maupun masyarakat. Untuk menyikapinya lulusan baru perlu beradaptasi terhadap dunia kerja yang dinamis.
Mereka harus bisa menjembatani pendidikan semasa kuliah dengan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan. Dilansir dari Forbes, gelar pendidikan mengalami pergeseran makna. Dulu, gelar dianggap sebagai sesuatu yang penting dan spesial, tetapi sekarang menjadi prasyarat tenaga kerja.
Baca juga: Teknik Storytelling: Buat Presentasi Lebih Hidup dan Berarti
Dunia kerja yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan itu terjadi. Meskipun demikian, bukan berarti latar belakang pendidikan tidaklah penting.
Latar belakang itu bisa membantu kita mengoptimalkan pemikiran kritis, komunikasi, dan penyelesaian masalah dengan kreatif. Selain itu, latar belakang pendidikan menjadi sangat penting apabila bidang akademik adalah tujuannya.
Lantas, bagaimana dengan lulusan baru yang ingin berkarier di perusahaan?
Dengan memiliki banyak keterampilan, perusahaan akan tahu bahwa kita dapat belajar menyesuaikan diri dengan cepat. Selain hard skill, kita juga perlu soft skill sebagai nilai tambah.
Hubungan dengan orang lain bukan saja perihal pertukaran informasi. Akan tetapi, bisa juga menjadi hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.
Kita bisa memilih jurusan yang relevan dengan pekerjaan atau bidang yang ingin kita masuki, tetapi tidak dengan jejaring relasi. Sebagai contoh, seseorang yang berkarier di dunia bisnis, politik, atau hiburan akan lebih mengutamakan dan memanfaatkan relasi.
Apabila tidak ada yang mengetahui seberapa kompeten kita, tidak ada yang memberi validas. Dengan memiliki relasi, dapat tercipta ruang dan kemitraan yang akan berdampak baik pada karier kita.
Pengalaman yang dimaksud bukan sebatas pekerjaan saja. Menjadi volunteer atau bagian dari suatu organisasi akan membantu dalam proses pencarian pekerjaan. Mungkin akan timbul pernyataan kalau pengalaman seperti itu lebih cocok untuk mahasiswa.
Akan tetapi, pengalaman itu justru bisa menambah nilai plus dalam CV kita. Dari situ, perusahaan dapat mengetahui seberapa kompeten kita dalam bekerja.