Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Ferry Timur
Konsultan

Konsultan dan pemerhati pendidikan dasar, Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta

Menggagas Pendidikan Damai di Indonesia

Kompas.com - 22/07/2022, 15:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENDIDIKAN di Indonesia mestinya mulai menerapkan apa yang disebut sebagai Peacebuilding Education (baca: Pendidikan Damai) dengan menolak terhadap berbagai macam kekerasan dan fundamentalisme, serta lebih menawarkan pendekatan damai, humanis dan menghormati multikulturalisme.

Pendidikan damai adalah proses demokratisasi karena meliputi bukan hanya hak-hak politik dan hak individu anak, --khususnya hak untuk hidup, perlindungan, tumbuh kembang dan partisipasi sebagaimana yang diatur dalam UU No 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak--, tetapi juga hak-hak budaya dari suatu kelompok masyarakat.

Karena itu, kita perlu merancang masa depan Indonesia secara spesifik multikultural dan damai, ini berarti memerlukan pedagogi baru berupa pendidikan damai.

Pendidikan damai merupakan media strategis untuk menumbuhkan kesadaran multikultural, terutama dalam kehidupan nyata.

Saat ini bukan masanya para pendidik terjebak pada satu alam pemikiran tanpa membuka diri terhadap pemikiran lain. Hal ini perlu dikembangkan oleh para guru dari lembaga berciri khas keagamaan sekalipun.

Sikap inklusif perlu juga ditumbuh kembangkan mulai dari lingkungan keluarga. Pendidikan harus meminimalkan prasangka yang disebabkan oleh pandangan stereotip antarkelompok.

Karena itu, kontak antarmanusia yang didasari toleransi, saling menghargai dan menghormati, serta persamaan yang tulus menjadi sangat penting.

Peacebuilding ala Indonesia

Sekolah berbasis damai sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Di Davao, Mindanao, Philipina, yang sejak tahun 1960 didera konflik etnik dan agama telah didirikan sekolah damai oleh UPPI (singkatan dari Ustaz, Priest, Pastor, dan Imam).

UPPI mengacu pada nama para pemimpin agama yang ada di Mindanao.

Sekolah damai UPPI mengajarkan transformasi kultural sehingga para siswa menjadi melek religius, kultural, dan politik.

Para siswa paham hampir seluruh konflik religius pada dasarnya disebabkan kesempitan wawasan, prejudice, kemiskinan (intelektual dan material), ketidakadilan, dan politisasi agama. (Kompas, 20 Juli 2005).

Di Indonesia sekolah berbasis pendidikan damai juga sudah dirintis oleh Non Goverment Organization (NGO) Wahana Visi Indonesia/WVI di Maluku Utara melalui Program Majalah.

Majalah WVI diberi nama Harmonis sebagai wadah pembelajaran bagi terciptanya rekonsiliasi dan perdamaiaan di Propinsi Maluku Utara (khususnya di Kabupaten Tobelo dan Kota Ternate).

Majalah Harmonis yang telah melakukan kegiatan kurang lebih tiga tahun sejak tahun 2002, bertujuan mendorong dan menstabilkan kehidupan masyarakat yang terkena konflik.

Dalam melakukan kegiatannya, Majalah Harmonis lebih menekankan pada peningkatan minat belajar anak, menanamkan nilai perdamaian bagi anak secara khusus dan bagi masyarakat secara umumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com